Anggaran Naik, Kinerja Tetap Rendah
Dukungan anggaran bagi anggota DPR 2004-2009 terus bertambah dari tahun ke tahun. Namun, hasil kerja DPR, baik dalam fungsi anggaran maupun legislasi, justru tetap rendah.
Sekretaris Jenderal Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran Yuna Farhan di Jakarta, Selasa (29/9), menyebutkan, dukungan anggaran bagi DPR 2004-2009 mencapai Rp 6,3 triliun atau rata-rata Rp 1,26 triliun setiap tahun.
Jika keterlibatan birokrasi diabaikan, setiap anggota DPR selama lima tahun memanfaatkan anggaran negara sebesar Rp 2,29 miliar atau Rp 191 juta per bulan. ”Namun, dukungan anggaran itu lebih banyak digunakan untuk keperluan anggota DPR sendiri,” kata Yuna.
Beberapa pengadaan fasilitas yang kontroversial pada DPR 2004-2009, antara lain, adalah pengadaan televisi LCD, uang legislasi, pengadaan mesin faksimile dan komputer jinjing, renovasi rumah jabatan, serta biaya studi banding.
Dari Rp 6,3 triliun anggaran DPR tersebut, rata-rata sebanyak 30 persen atau Rp 1,93 triliun habis terserap untuk membayar gaji, tunjangan, dan honor bagi anggota DPR. Sebanyak Rp 3,8 triliun (60 persen) digunakan untuk belanja barang, pengeluaran jasa, serta perjalanan dinas bagi anggota DPR dan staf Sekretariat Jenderal DPR. Sisanya digunakan untuk pengadaan peralatan mesin dan bangunan.
Penghasilan bersih bagi anggota DPR juga terus naik. Pada 2005, pendapatan anggota DPR mencapai Rp 34,11 juta per bulan dan pada 2009 menjadi Rp 38,01 juta per bulan.
Jika ditotal, penghasilan setiap anggota DPR dalam lima tahun sekitar Rp 2,2 miliar. Penghasilan tersebut belum termasuk pemasukan dari sumber-sumber lain.
Dari sisi kinerja, DPR telah menetapkan 284 rancangan undang-undang (RUU) dalam program legislasi nasional selama 2004-2009. ”Namun rata-rata RUU yang berhasil diselesaikan DPR setiap tahunnya sekitar 36 RUU,” kata Yuna.
Secara terpisah, peneliti Indonesia Budget Center, Roy Salam, mengatakan, tidak selarasnya anggaran dengan kinerja DPR terjadi karena tidak ada kesepahaman antaranggota DPR terkait fungsi mereka. (MZW)
Sumber: Kompas, 30 September 2009