Calo Hakim Agung Mulai; KY: Peserta Seleksi Jangan Percaya
Seleksi hakim agung mulai diramaikan oleh praktik percaloan. Sejumlah orang yang mengaku suruhan petinggi Komisi Yudisial mendatangi para peserta seleksi dan menjanjikan bisa meloloskan mereka.
Dalam kaitan itu, Komisi Yudisial (KY) mengingatkan agar peserta seleksi calon hakim agung tidak memercayai tawaran oknum yang mengaku bisa membantu meloloskan calon hakim agung.
Demikian dikemukakan anggota Komisi Yudisial, Soekotjo Soeparto, Sabtu (15/7). Soekotjo meminta peserta seleksi hakim agung tidak tergoda meskipun oknum atau calo tersebut mengaku sebagai orang suruhan petinggi Komisi Yudisial.
Kami menerima beberapa laporan dari peserta seleksi yang menyatakan mereka telah dimintai sejumlah uang oleh oknum yang mengaku suruhan Ketua dan Wakil Ketua Komisi Yudisial. Informasi itu telah kami tindak lanjuti kepada yang bersangkutan, ternyata tidak benar, ujar Soekotjo.
Menurut Soekotjo, modus mengaku-aku sebagai suruhan orang Komisi Yudisial atau panitia seleksi banyak digunakan terutama pada tahap awal seleksi dilakukan. Beberapa peserta seleksi mengaku dimintai uang senilai Rp 20 juta jika ingin lolos ke babak berikutnya.
Itu tidak mungkin kami lakukan. Semua panitia seleksi calon hakim agung telah berkomitmen untuk tidak bermain-main dalam proses ini, bahkan kami sempat berpikir untuk meneken kontrak untuk melakukan hal tersebut, ujarnya.
Selain itu, kata dia, Ketua Komisi Yudisial Busyro Muqoddas berkali-kali mengingatkan semua jajaran panitia untuk tidak main mata dengan calon. Jika hal itu dilakukan, Ketua Komisi Yudisial tidak segan-segan menjatuhkan sanksi berat.
Saat ini proses seleksi telah memasuki tahap uji kualitas. Sebanyak 86 peserta telah mengikuti studi kasus menyelesaikan persoalan hukum dan tes kesehatan yang dilaksanakan bekerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia. Pengumuman akan dilakukan akhir bulan Juli 2006. Ke-86 peserta tersebut memperebutkan enam kursi hakim agung di Mahkamah AgungA. (ANA)
Sumber: Kompas, 17 Juli 2006