Dana Kampanye; Saat Gejolak Bursa Berimbas ke Parpol...
Krisis keuangan akibat kredit macet di Amerika Serikat berdampak ke mana-mana. Salah satunya tak hanya membuat perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia ambruk dan bergejolak, tetapi juga pendanaan partai politik, yang bersumber dari saham, khususnya untuk kepentingan Pemilu 2009
Sudah menjadi rahasia umum, sejumlah elite partai politik dan para donaturnya setidaknya menjadikan bursa saham salah satu tempat mendapatkan capital gain atau keuntungan.
Bursa saham memang tempat yang mudah mencari modal bagi pendanaan apa pun. Selain suatu saat kondisinya akan bergairah kembali dan keuntungan akan dikeruk, partai juga tak perlu khawatir langkah mereka melanggar hukum. Sebab, uang hasil korupsi pun bisa aman-aman saja ke bursa.
Sejumlah elite parpol disebut-sebut pernah mereguk keuntungan akibat kepemilikan sahamnya di bursa. Nama yang beredar di antaranya anggota Dewan Penasihat Partai Golkar, Aburizal Bakrie, yang juga Menko Kesejahteraan Rakyat. Juga Ketua Umum Partai Amanat Nasional Soetrisno Bachir dan salah satu ketua Partai Hanura, Fuad Bawazier.
Perusahaan seperti Bumi Resources (BUMI) dinilai pernah memberikan keuntungan sebelum krisis terjadi. Belum lagi perusahaan lain yang tercatat di bursa. Namun, waktu pula yang kini menentukan. Saham-saham di bursa terempas dan bergelimpangan. Bukan hanya perdagangannya dihentikan, tetapi juga ada yang menanggung utang.
Anggota Komisi XI DPR, Dradjad Wibowo, membenarkan, akibat anjloknya bursa saham, keuangan parpol terpengaruh. ”Sebagian dari parpol memang terkena dampak akibat harga saham jatuh. Imbasnya berlangsung sampai tahun depan. Karena itu, dana kampanye Pemilu 2009 akan sangat terbatas,” ujarnya.
Hal senada diakui Ismed Hasan Putro, Ketua Masyarakat Profesional Madani. ”Dana partai yang selama ini sebagian mengandalkan pasar saham akan terpengaruh. Elite politik akan lebih membatasi diri beriklan,” ujar Ismed.
Selama ini sumber dana parpol salah satunya dari bursa dan dari sumbangan atau donatur yang sumbernya juga dari bursa. Sebab, tak mungkin, sumbangan swasta diambilkan dari kas perusahaan.
Menghilang
Akibat imbas saham itu, beberapa tayangan iklan sejumlah tokoh, yang disebut-sebut akan maju menjadi calon presiden, satu per satu menghilang.
Tokoh yang sering mengiklankan diri di antaranya Soetrisno Bachir, Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya Letjen (Purn) Prabowo Soebianto, Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla, Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, juga Ketua Umum Partai Hanura Jenderal (Purn) Wiranto. Kini, hanya satu tokoh yang masih eksis beriklan, sebut saja Prabowo.
Soetrisno Bachir mengakui, akibat krisis bursa, pundi-pundi keuangannya terimbas. Namun, ia bilang, berbisnis itu biasa jika terjadi pasang surut. ”Karena itu, partai tak boleh berhenti,” ujarnya.
Tentang iklannya, ”Hidup adalah Perbuatan”, yang disebut-sebut dijadwal ulang, Soestrisno tidak membenarkan dan juga tidak menolak. Namun, ia mengakui strategi publikasinya kini diubah.
Fuad Bawazier juga membantah bahwa ia ikut bermain saham untuk dana partainya. ”Justru saya ’benci’ saham,” tangkisnya, seraya mengakui, selain membatasi pengeluaran untuk kampanye, partainya juga menerapkan strategi baru dalam siar iklan di media.
Staf Khusus Menko Kesra Aburizal Bakrie, Lalu Mara, juga membantah bahwa Aburizal disebut-sebut masih bermain saham lewat Bumi. ”Pak Ical sudah melepaskan urusan bisnis,” ujarnya.
Jusuf Kalla mengakui gejolak bursa saham berimbas terhadap dana partainya. ”Saya senang sebab partai akan berusaha mencari dana sendiri. Kampanye juga akan lebih kalem dan diisi banyak dialog, yang lebih murah,” ujarnya. (SUHARTONO)
Sumber: Kompas, 5 November 2008