Dipersoalkan, Asal Muasal Kekayaan Capres-Cawapres [06/06/04]
Asal muasal kekayaan calon presiden dan wakil presiden yang diumumkan Komisi Pemberantasan Korupsi pada 2 Juni 2004 mulai dipersoalkan di panggung kampanye oleh juru kampanye pasangan capres. Sementara pasangan capres-cawapres terus menggalang dukungan dari masyarakat, termasuk dengan menemui sejumlah kiai dan ada pula yang mengembangkan sentimen kedaerahan.
Juru kampanye pasangan Amien Rais-Siswono Yudo Husodo, Eros Djarot, saat berkampanye di Gelanggang Olahraga Jakarta Utara, Sabtu (5/6), terus terang mempertanyakan kekayaan sejumlah kandidat calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres).
Eros yang juga Ketua Partai Nasional Banteng Kemerdekaan mengatakan, meski dalam laporan kekayaan Amien Rais hanya memiliki dana Rp 867 juta dan dinyatakan paling miskin, sebenarnya Amien paling kaya karena ia masih dapat bisa tenang dan tersenyum.
Saya heran, kok ada mantan jenderal yang punya uang Rp 46 miliar, begitu pula dengan seorang kiai yang punya uang sampai Rp 7 miliar. Saya menyarankan adanya pembuktian terbalik, jenderal atau kiai itu ditanya, kok mereka bisa punya uang sebanyak itu dan dari mana asal uang mereka. Padahal, kita tahu gaji jenderal paling Rp 10 juta, lha kok kekayaannya bisa puluhan miliar, kata Eros yang tak menyebut nama siapa pun.
Dalam diskusi di Bandung, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Erry Riyana Hardjapamekas mengatakan, KPK tidak memberikan sanksi apa pun bagi capres-cawapres yang tidak memperbarui laporan kekayaan mereka. Sanksi yang didapat hanya merupakan sanksi moral saja.
KPK, menurut Erry, akan melakukan audit dengan mengadakan pengecekan fisik aset dan pengecekan rekening. Pengauditan itu akan meminta bantuan, antara lain, auditor swasta atau independen dan ahli pelacak aset.
Kemarin Amien Rais berkampanye di Lapangan Segiri Samarinda dan memberikan kuliah umum di Universitas Mulawarman.
Amien mengemukakan, reformasi yang berjalan saat ini baru berhasil menjalankan demokrasi politik. Padahal, dalam demokrasi yang sesungguhnya, masih dibutuhkan adanya demokrasi pendidikan, hukum, sosial, dan ekonomi.
Salah satu bukti belum berjalannya demokrasi pendidikan, saat ini rakyat merasakan betul biaya pendidikan yang semakin mahal. Tidak heran, saat ini hanya orang yang kaya yang mampu menyekolahkan anak- anaknya ke perguruan tinggi.
Demokrasi yang saya katakan tadi merupakan pesan dari pendiri bangsa ini, Bung Karno dan Bung Hatta, ujar Amien, didampingi cawapres Siswono Yudo Husodo dan Ketua Umum PBSD Muchtar Pakpahan.
Temui kiai
Sebelum berkampanye di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Sabtu, Capres Wiranto bersilaturahmi terlebih dahulu dengan kiai Langitan di Tuban, kiai di Probolinggo, dan Malang.
Selain bertemu dengan Kiai Langitan di Tuban, di Probolinggo Wiranto menemui Hahib Mochamad Ali Alhabsiah, dan Pengasuh Pondok Pesantren Yayasan Darul ‘Ulum Agung HM Mudjib Musta’in (Gus Mudjib) di Kota Malang. Gus Mudjib juga menjabat Rektor Universitas Darul ‘Ulum Jombang.
Kedatangan Wiranto di Darul ‘Ulum disambut sekitar 40 kiai dari Sidoarjo, Pasuruan, Jombang, dan Mojokerto, juga sekitar 1.000 Jamaah Mujahaddah Thoriqoh Oodiriyah Wannaqsabandiyah (Jamu Taqwa).
Di antara kiai dalam penyambutan Wiranto di Darul ‘Ulum, tampak Kiai Dimyati Ramli, KH Arwani Muqid, dan Kiai Abdullah Faqih dari Situbondo.
Dalam sambutannya Wiranto menyatakan, setelah terpilih sebagai capres dari Partai Golkar, dia mencari jodoh ke sana-sini, termasuk di kalangan nahdliyin, yang akhirnya bertemu dengan Salahuddin Wahid.
Kalau ditanya apakah dengan Gus Solah sudah mantap, ya, mantap, bahkan cocok banget. Kami berdua dapat saling mengisi, memahami, terutama untuk mengarungi tugas yang sangat berat, kata Wiranto.
Setelah melakukan kunjungan di Yayasan Darul ‘Ulum, Wiranto melanjutkan kegiatan kampanye di Lapangan Kalirejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Wiranto hanya menyampaikan orasi selama lima menit. Dalam orasinya itu, dia mencoba menekankan pentingnya kebersamaan.
Sementara cawapres Salahuddin Wahid berbicara soal pengembangan koperasi di depan para simpatisan PKB dan Golkar di Gresik.
Ke pasar
Capres dari Partai Persatuan Pembangunan, Hamzah Haz, kembali menyambangi pedagang Pasar Kosambi dan Caringin, Bandung, Sabtu. Kunjungan ke dua pasar itu, menurut Hamzah, bukan tumben-tumbenan dilakukan, melainkan sebagai wujud nyata visi misinya yang bernapaskan ekonomi kerakyatan.
Ke pasar bukan suatu yang tumben dilakukan. Di sini kan banyak massa, jadi sama saja. Bahkan, ini lebih efektif dan tidak perlu ongkos, sekaligus dapat bicara soal ekonomi rakyat dan mengetahui permasalahan rakyat, katanya.
Sebelumnya, dalam orasinya di hadapan pedagang dan masyarakat sekitar Pasar Kosambi, Hamzah terlihat berupaya membangkitkan semangat masyarakat Bandung dengan menyebut Agum Gumelar sebagai orang Jawa Barat. Hamzah juga menyebutkan istrinya yang tinggal di Bogor, Titin Kartini, sebagai orang Jawa Barat.
Pak Agum adalah orang Jawa Barat. Insya Allah, supaya ada wapres dari Jabar, karena sejak Pak Umar (Umar Wirahadikusuma) meninggal, tidak ada lagi wakil dari Jawa Barat. Sampaikan kepada teman dan keluarga, nomor 5 pada 5 Juli nanti. Itu sama dengan Pancasila ada lima, shalat kita juga lima kali. Pas itu dengan warga Sunda, ujarnya, yang disambut dengan tepuk tangan dan sorak-sorai warga.
Selain pasar, Hamzah juga mengunjungi dua pondok pesantren dan berkampanye di sebuah tempat pelelangan ikan. Hamzah kembali menjanjikan akan menggratiskan sekolah.
Apabila saya dan Pak Agum terpilih, maka dalam waktu dua tahun seluruh biaya sekolah akan dibebaskan. SPP mulai dari SD sampai SMA akan dihapuskan, kata Hamzah. Akan tetapi, ia menambahkan, pembebasan biaya sekolah tersebut hanya akan diberikan kepada rakyat miskin saja.
Jangan cengeng
Megawati Soekarnoputri dalam kapasitasnya sebagai Presiden meminta petani tidak cengeng menghadapi permasalahan pertanian belakangan ini, tetapi terus termotivasi melakukan banyak hal dalam meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani.
Hal itu diutarakan Megawati ketika berdialog dengan petani dalam acara Pekan Nasional Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) XI di Stadion Maesa, Tondano Minahasa, Sulawesi Utara, Sabtu.
Temui Sultan
Cawapres dari Partai Demokrat, Jusuf Kalla, hari Sabtu menemui Sultan Ternate Mudafarsyah. Seusai bertemu dengan Sultan Mudafarsyah, Jusuf Kalla menghadiri kampanye dialogis di Lapangan Ngralamo, Salero. Dari Ternate ia melanjutkan perjalanan ke Gorontalo.
Di Kendari, servis (pelayanan/perbaikan) gratis kendaraan roda empat merek Toyota, Mitsubishi, dan Daihatsu menjadi bagian dari awal kampanye Yudhoyono dan Jusuf Kalla untuk menarik dan menggalang simpati dan dukungan di Provinsi Sulawesi Tenggara.
Kampanye perdana pasangan Yudhoyono-Kalla akan dilakukan Minggu ini di Kendari.
Selain kampanye terbuka di Lapangan Benu-benua, perusahaan Jusuf Kalla yang bergerak di bidang otomotif juga akan melakukan servis gratis yang dipusatkan di Lapangan Edy Sabara Kendari dengan melibatkan tiga perusahaan dealer mobil, yakni NV Hadji Kalla, PT Bosowa Berlian Motor, dan PT Makassar Raya Motor Cabang Kendari. (Ant/zal/fr/dhf/ray/k12/k02/ sem/egi/vin/dwa)
Sumber: Kompas, Minggu 6 Juni 2004