Hamka Jangan Merasa Sendirian

Anggota DPR, Hamka Yandhu, jangan sampai merasa sendirian dalam menghadapi kasusnya, yaitu aliran dana Bank Indonesia. Sebab, perasaan itu dapat merugikan penyidikan kasus ini, terutama ketika kelak di persidangan, Hamka dihadapan koleganya yang menjadi saksi, seperti Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Paskah Suzetta dan Menteri Kehutanan MS Kaban.

Untuk itu, menurut Adnan Topan Husodo dari Indonesia Corruption Watch, Rabu (6/8), KPK perlu segera memproses sejumlah anggota DPR periode 1999-2004 yang lain yang diduga terlibat kasus ini atau setidaknya mengusahakan mereka untuk berkata jujur.

”Jika Hamka merasa sendiri, apalagi terancam, dapat mengurangi makna dari kesaksiannya bahwa 52 anggota Komisi IX DPR periode 1999-2004, terlibat dalam kasus ini,” kata Adnan.

Dukungan

Dukungan untuk Hamka, juga lebih mendesak dilakukan setelah Paskah dan Kaban tetap menyangkal terlibat dalam kasus ini dan mereka berdua tetap dipercaya oleh Presiden Yudhoyono.

”Cara Presiden memanggil Paskah dan Kaban, kemudian keputusannya untuk tetap memercayai mereka, lebih merupakan upaya untuk membangun citra dan mengamankan diri sendiri,” papar Adnan.

”Jika Presiden memang berniat memberantas korupsi, Kaban dan Paskah dipanggil secara diam-diam. Setelah itu, diumumkan jika mereka berdua dinonaktifkan untuk sementara waktu agar dapat berkonsentrasi menghadapi kasus hukum yang mungkin menimpa mereka,” katanya.

Direktur Eksekutif Charta Politica Bima Arya Sugiarto menilai, keputusan kasus Paskah dan Kaban justru memperburuk citra Presiden karena tidak sesuai dengan gambaran masyarakat tentang pemimpin yang seharusnya.

”Menjelang Pemilu 2004, masyarakat menginginkan presiden yang cerdas, baik, dan berpenampilan menarik. Gambaran itu, dipenuhi Yudhoyono. Namun, sekarang masyarakat lebih menginginkan pemimpin yang tegas, substansial, dan berani membuat terobosan,” ujar Bima.

Bahkan, tutur Bima, cara dan keputusan Presiden dalam menangani kasus Kaban dan Paskah makin menunjukkan gaya kepemimpinannya yang formalistik, simbolistik, dan reaktif. (NWO)

Sumber: Kompas, 7 Agustus 2008 

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan