Harta Widjanarko Dijaminkan ke Singapura
Asetnya masih banyak yang belum disita, kata Jaksa Agung Hendarman Supandji.
Kejaksaan Agung akan melacak sertifikat aset Widjanarko Puspoyo di sebuah bank di Singapura. Tindakan itu dilakukan karena tersangka tiga kasus dugaan korupsi di Perusahaan Umum Bulog itu ternyata telah menjaminkan salah satu rumahnya senilai US$ 3 juta (sekitar Rp 27 miliar) ke negeri jiran itu.
Direktur Penyidikan Kejaksaan Agung M. Salim mengatakan rencana kejaksaan tersebut akan dikoordinasikan dengan Departemen Luar Negeri. ''Semua langkah ditempuh untuk penyelamatan aset negara,'' ujar Salim kemarin.
Salim mengakui kejaksaan belum bisa memastikan keberadaan sertifikat tanah dan rumah Widjanarko yang dijaminkan itu, yakni rumah di Jalan Dharmawangsa VII Nomor 75, Jakarta Selatan. Alasannya, persoalan ini menyangkut dua negara. ''Kami bertindak hati-hati,'' katanya lagi.
Rumah yang sertifikatnya atas nama Renaldy Puspoyo, anak Widjan, itu sudah disita tim penyidik kejaksaan pada Kamis lalu. Renaldy juga ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus yang menimpa ayahnya. Rupanya, sertifikat rumah itu sudah melayang ke Singapura.
Menurut Salim, sertifikasi rumah Widjan berlangsung melalui Badan Pertanahan Nasional. Sedangkan penjaminan rumah ke sebuah bank di Singapura berlangsung pada 2004 melalui PT Arden Bridge Investment Limited, perusahaan milik adik Widjanarko, Widjokongko Puspoyo.
Di tempat terpisah, Jaksa Agung Hendarman Supandji menambahkan, jajarannya masih akan menyita sejumlah harta mantan Direktur Utama Bulog itu yang berserakan di beberapa lokasi. Asetnya masih banyak yang belum disita, ujarnya.
Adapun alasan penyitaan rumah Widjanarko di Jalan Dharmawangsa, menurut Hendarman, rumah tersebut diperoleh tersangka pada 2004. Sedangkan periode korupsi dilakukan selama 2002-2005. Nah, perolehan barang-barang yang kami sita terjadi pada 2004, kata Hendarman.
Harta Widjanarko yang disita tim penyidik kejaksaan, selain rumah di Jalan Dharmawangsa, meliputi enam aset tak bergerak berupa tanah dan rumah di Solo, Jawa Tengah. Juga dua bidang tanah dan bangunan di Jakarta dan 10 aset berupa tanah dan bangunan yang tersebar di Provinsi Jawa Barat.
Berdasarkan catatan Tempo, saat ini ada tiga kasus yang melilit Widjanarko. Pertama, impor fiktif sapi dari Australia pada 2001 senilai Rp 11 miliar. Kedua, dugaan korupsi penerimaan dana ilegal (gratifikasi) dari eksportir beras di Vietnam. Kasus ini berlangsung pada 2001-2002 dan melibatkan adik, istri, dan kedua anak Widjanarko. Ketiga, dugaan korupsi ekspor beras ke Afrika pada 2004 yang dinilai merugikan negara.SANDY INDRA PRATAMA | FANNY FEBIANA
________________________________
Lima Tahun Memborong Rumah
Selama menjadi bos Perusahaan Umum Bulog, Widjanarko Puspoyo gemar belanja tanah atau rumah. Total, selama lima tahun sampai 2006, properti yang ia miliki bertambah senilai Rp 11 miliar. Uang untuk membeli properti ini dicurigai hasil persenan dari para pemasok beras atau sapi Bulog. Entah berapa banyak persenan yang didapat Widjanarko karena selama 1998-2003 Indonesia mengimpor beras senilai Rp 32 triliun. Kejaksaan pun mulai menyita aset Widjanarko ini.
Sitaan Terakhir
# Rumah Jalan Dharmawangsa
Atas nama Rinaldy, putra Widjanarko
Arden Bridge Investment Limited, perusahaan milik adik Widjanarko, menjaminkan rumah itu ke sebuah bank di Singapura senilai US$ 3 juta (Rp 27 miliar) sekitar 2004.
Sitaan Solo
Kejaksaan sudah menyita aset di Solo. Rumah atau tanah yang disita itu dibeli Widjanarko atau keluarganya saat ia diduga menerima uang persenan pembelian beras. Keluarga Widjanarko sendiri tetap diizinkan menggunakan rumah itu.
# Tiga rumah di Kampung Gajahan, Kecamatan Pasar Kliwon
Atas nama Widjanarko
Luas: 8.253 meter persegi.
# -- Rumah di Kalitan
Atas nama anaknya, Winda Nindiati
Luas: 281 meter persegi.
# -- Rumah di Kalitan
Atas nama saudaranya, Wisasongko Puspoyo
Luas: 363 meter persegi.
# -- Pekarangan di Kampung Gajahan
Atas nama istrinya, Endang Ernawati
Luas: 2.865 meter persegi.
Urusan Keluarga
Tidak hanya harta atas nama Widjanarko yang disita, tapi juga kekayaan atas nama istri, anak, atau adiknya. Perkaranya sederhana. Mereka semua diduga terlibat. Vietnam Food, pemasok beras Bulog, tidak langsung memberikan uang kepada Widjanarko. Mereka mengirimnya ke PT Arden Bridge Investment Limited, yang dimiliki adik bekas bos Bulog ini, Widjokongko Puspoyo. Baru kemudian Arden mengirimnya ke rekening Widjanarko atau istrinya, Endang, dan anaknya, Rinaldy.
Penuh Masalah
Selama menjadi bos Bulog, Widjanarko banyak menyalurkan uang yang tak jelas tujuannya.
1. Menyumbang Kementerian Badan Usaha Milik Negara Rp 1 miliar tanpa ada pertanggungjawaban penggunaan.
2. Membayar Asosiasi Petani Tebu Indonesia sebesar Rp 5,338 miliar tanpa pertanggungjawaban penggunaan.
3. Dalam pengadaan mesin penggiling padi senilai Rp 294 miliar, diduga ada penggelembungan harga.
4. Bulog bermain dalam perdagangan komoditas minyak sawit mentah, tapi dana US$ 12,36 juta (sekitar Rp 117,45 miliar) tak bisa ditarik. Pendapatan Bulog sebesar Rp 7,05 miliar menjadi tertunda, negara dirugikan Rp 2,1 miliar dari pajak.
5. Bulog membatalkan kontrak impor beras Vietnam pada 2005 sehingga kehilangan US$ 730 ribu (sekitar Rp 6,7 miliar).
Sumber: SANDY | KARTIKA | RINI | ANAS | IMRON
Sumber: Kejaksaan Negeri Solo
Sumber: Koran Tempo, 23 Juni 2007