"Intel Juga Bisa Salah"
Sidang kasus cek pelawat dengan terdakwa Dudhie Makmun Murod yang khusyuk tiba-tiba pecah oleh tawa. Para pengunjung di ruang sidang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi tak kuasa menahan tawa mendengarkan keterangan Udju Djuhaeri kemarin. Udju dikonfrontasi dengan saksi Arie Malangjudo alias Ahmad Hakim Safari, bekas staf pengusaha Nunun Nurbaeti.
Awalnya Udju mengatakan Arie yang duduk di kursi di depan sidang bukan seperti Arie yang memberinya cek pelawat pada 2004. "Mohon maaf, Yang Mulia. Arie yang dulu saya temui kelihatan lebih muda," kata Udju. Ketua majelis hakim, Nani Indrawati, memotong, "Ya, itu kan enam tahun lalu. Jelas kelihatan lebih muda."
Tapi Udju tetap penasaran. "Maaf, Yang Mulia. Saya ini dulu intel. Saya diajari untuk mengenali orang dalam waktu 19 detik." Hakim Nani lantas meminta Arie memperlihatkan identitasnya kepada Udju. "Oh, iya. Sekarang kelihatan gemuk," kata Udju.
Hakim lantas mencecar Udju dengan sejumlah pertanyaan, termasuk soal telepon dari Nunun seusai pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia pada 2004, yang dimenangi Miranda Swaray Goeltom. Saat itu Nunun meminta Udju dan koleganya dari Fraksi TNI/Polri datang ke kantor Nunun di Jalan Riau, Jakarta.
- Saudara tidak tanya apa maksud telepon itu?
+ Tidak, Yang Mulia.
- Kenapa?
+ Saat itu tak kepikiran.
- Kenapa?
+ Mungkin ini kelemahan saya waktu itu. Tak sempat menanyakan.
Anggota majelis hakim Slamet Subagyo menyambar, "Masak intel tak bisa memperkirakan maksudnya? Saya juga dulu intel di kejaksaan. Pasti akan bertanya, untuk apa datang ke Jalan Riau?"
Dicecar demikian rupa, Udju akhirnya mengaku bahwa dia ada tanda tanya dalam benaknya. "Apakah ini ada kaitannya dengan pemilihan Deputi Gubernur BI? Kami hanya menduga-duga. Karena waktunya saat itu berdekatan dengan pemilihan."
- Nah, jawab saja begitu dari tadi. Sidang ini disaksikan seluruh rakyat Indonesia. Masak anggota DPR begitu?
+ Orang intel juga bisa salah, Yang Mulia.
Gerrr.... Seisi ruang sidang tertawa.
Bukan keterangan Udju saja yang membuat pengunjung sidang tertawa. Endin A.J. Soefihara, yang juga dikonfrontasi dengan Arie, membuat ruang sidang yang biasanya tegang jadi ceria. Saat Endin baru duduk di kursi saksi, hakim Nani bertanya, "Saudara Doktorandus Endin?"
"Maaf, Yang Mulia," Endin memotong, "sekarang saya sudah doktor."
Gerrr.... Tawa pengunjung sidang kembali pecah.
Lantas satu demi satu hakim melontarkan pertanyaan kepada Endin.
- Saat menerima amplop, Saudara tahu isinya apa?
+ Tidak, Yang Mulia.
- Saudara tidak menanyakan?
+ Tidak.
- Saya S-2, Anda S-3. Tapi Anda tidak menanyakan isi amplop apa? Anda terima amplopnya begitu saja? Sering menerima amplop?
+ Sering, tapi amplop surat.
- Saudara jangan mempermalukan universitas Saudara.
+ Saat itu saya tak memikirkan apa-apa. Saya terima saja.
Mendengar jawaban Endin, hakim Nani tampak gusar. "Ini bukan surat tugas. Saudara tak ada hubungan pekerjaan dengan Arie. Kalau jawabnya begini, semua orang juga bisa," ujarnya.
Pengunjung sidang kembali terbahak. ANTON SEPTIAN
Sumber: Koran Tempo, 30 Maret 2010