Jejak Andi di Penjaringan
Sudah dua pekan rumah toko empat lantai itu sepi. Pintu rolling door-nya tertutup rapat. Sang empunya, Andi Kosasih, tak lagi pulang ke rumah di Jalan Terusan Bandengan Utara Nomor 16 B1-B2, Penjagalan, Penjaringan, Jakarta Utara, itu.
Anak dan istri Andi juga tak terlihat. “Istri dan anak Pak Andi sudah pergi sejak Rabu (24 Maret) kemarin,” kata Edy Sutarno, seorang anggota pengamanan di sana.
Nama Andi Kosasih menjadi buah bibir setelah mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian RI Komisaris Jenderal Susno Duadji “bernyanyi” di depan Satuan Tugas Anti-Makelar Kasus, 18 Maret silam. Susno mengungkapkan, ada koleganya yang terlibat manipulasi pajak senilai Rp 25 miliar. Kasus pajak ini melilit pegawai Direktorat Jenderal Pajak, Gayus Halomoan Tambunan.
Dalam buku Bukan Testimoni Susno disebutkan, barang bukti di rekening Gayus senilai Rp 25 miliar menyusut jadi Rp 400 juta. Sedangkan sisanya, masih menurut buku itu, diakui milik seorang pengusaha garmen di Batam, Andi Kosasih.
Andi kini jadi buron Markas Besar Kepolisian. Dia dicari karena memberi keterangan palsu dengan mengaku menjadi pemilik uang Rp 24,6 miliar milik Gayus.
Meski di Batam Andi terkenal sebagai pengusaha yang terkenal suka gonta-ganti mobil, seorang tetangga di rumah toko itu menyebutkan Andi hanya menggunakan mobil Toyota Kijang jenis kapsul.
Masih menurut Edy, rumah itu sempat didatangi polisi pada Selasa dinihari lalu. “Mereka datang sekitar pukul 03.00,” katanya. Polisi, kata Edy, tak menemukan Andi dan hanya berhasil menyita telepon seluler milik istri buron tersebut. Ada kemungkinan polisi memakai telepon genggam itu untuk mengirim pesan pendek kepada Andi guna mengetahui keberadaan pengusaha itu. “Tapi polisi tidak membawa tiga anak dan istri Pak Andi,” kata Edy.
Sayangnya, Edy tidak tidak tahu ke mana istri dan tiga anak Andi pergi meninggalkan rumah yang pernah dijadikan tempat persewaan cakram video dan warung telekomunikasi tersebut. Selain itu, ia tak tahu apakah Andi memiliki rumah lain di Jakarta. WAHYUDIN FAHMI
Sumber: Koran Tempo, 26 Maret 2010