Kasus Bulog Dianggap Menghambat Akbar
"Bersihnya rekam jejak sang calon akan menentukan tingkat keterpilihannya di mata rakyat."
Ketua Fraksi Partai Demokrat Syarief Hasan mengatakan calon wakil presiden yang disodorkan partai lain untuk mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono haruslah memiliki rekam jejak yang bersih. Dengan syarat itu, kata dia, ia menilai figur Akbar Tandjung memiliki hambatan karena pernah tersandung kasus dana Badan Urusan Logistik (Bulog). "Bersihnya rekam jejak sang calon akan menentukan tingkat keterpilihannya di mata rakyat," ujar Syarief saat dihubungi tadi malam.
Jika calon yang diajukan partai politik pernah terlibat dalam kasus hukum di masa lalu, ia melanjutkan, masyarakat akan enggan memilihnya. Namun, Syarief berpendapat, tiap partai dipersilakan menyodorkan calonnya masing-masing. "Tentunya tetap harus memenuhi lima kriteria yang disampaikan SBY," ujarnya. Lima kriteria itu adalah memiliki integritas, kepribadian, karakter moral (termasuk moral politik yang baik), serta punya kapasitas dan kapabilitas sebagai pembantu presiden. Calon itu juga harus loyal secara penuh kepada pemerintah dan bebas dari konflik kepentingan, diterima dan lekat di hati rakyat, serta dapat meningkatkan kekukuhan dan efektivitas koalisi.
Pengamat Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Syamsuddin Haris, berpendapat Yudhoyono tetap akan mempertimbangkan calon wakil presiden dari Partai Golkar. Pertimbangannya, perolehan suara Golkar masuk urutan tiga besar. “Hanya, bukan Jusuf Kalla.” Calon kuat lain dari Partai Golkar, kata dia, adalah Akbar Tandjung. “Hanya satu hal yang menjadi ganjalan,” ia melanjutkan. "Kasus korupsi dana Bulog yang pernah menjeratnya akan menjadi catatan."
Akbar pernah divonis bersalah dan diganjar hukuman tiga tahun penjara dalam kasus ini. Namun, pada 12 Februari 2004, Mahkamah Agung membebaskannya melalui putusan kasasinya. BUNGA MANGGIASIH | EKO ARI
Sumber: Koran Tempo, 21 April 2009