Korupsi, Kepsek SDN Lab School Jaktim Dituntut Mundur [28/07/04]
Karena diduga menggelapkan uang pangkal dan uang iuran siswa, Kepala Sekolah (Kepsek) SDN Lab School Dra Sulastri dan beberapa anggota Komite Sekolah yang terlibat kasus ini, dituntut mengundurkan diri.
SDN Lab School yang dikenal juga sebagai SDN IKIP berlokasi di Jl.Pemuda, Jaktim. Desakan mundur disampaikan Koordinator National Education Watch (NEW) Saras Dewi kepada wartawan dalam jumpa pers di Wisma Kodel lantai 11, Jl.HR Rasuna Said, Kuningan, Jaksel, Rabu (28/7/2004).
Hadir dalam kesempatan itu guru dan anggota Komite Sekolah yang mengendus indikasi korupsi itu, dan lembaga yang concern pada permasalahan pendidikan seperti Yayasan Paramadina, Koalisi Pendidikan, Lembaga Advokasi Pendidikan, NEW dan Indonesia Corruption Watch (ICW).
Saras menjelaskan, berdasarkan laporan guru dan orangtua murid, telah terjadi korupsi di SDN Lab School yang dilakukan Kepsek Dra Sulastri dan anggota Komite Sekolah. Sebelumnya, guru, orangtua dan anggota Komite Sekolah yang menuntut transparansi, giat menentang indikasi korupsi itu sejak 2001.
Mereka juga telah mengadukan hal ini ke Badan Pengawas Daerah (Bawasda) Suku Dinas Jaktim, Depdiknas, Kanwil Diknas DKI, dan Kejari Jaktim. Namun hingga saat ini tidak ada respon sama sekali. Sehingga kami minta bantuan pers, kata Saras.
Salah seorang guru SDN Lab School, Isnetty, merinci dugaan korupsi itu. Misalnya saja uang masuk untuk murid kelas 1 mencapai Rp 7 juta, atau naik dari tahun lalu yang Rp 6,5 juta, dengan alasan untuk uang pembangunan dan ekstrakurikuler.
Ini sungguh tidak masuk akal. Masak uang masuk untuk kelas 1 SD Rp 7 juta. Penggunaannya tidak jelas dan tidak transparan, katanya.
Sedangkan SPP per bulan Rp 100-130 ribu dan masih dipungut lagi biaya ekstrakurikuler Rp 25 ribu untuk melukis, Rp 30 ribu untuk menari. Jelas ini adalah pungutan ganda, tandas guru yang mengajar kelas 2 dan akan pensiun 2007 ini.
Ketua I Komite Sekolah Nazaruddin menambahkan, pengelola SDN itu sama sekali tidak transparan dalam penggunaan uang masuk maupun SPP itu.
Dikatakan ada Rp 130 juta untuk rehab, padahal tidak ada renovasi sama sekali. Dana untuk AC masak mencapai Rp 275 juta, uang cat lapangan basket Rp 52 juta, sungguh tidak masuk akal, ungkap Nazar.
Nazar telah 3 tahun memperjuangkan dugaan korupsi itu agar diusut. Karena keberaniannya itu, tahun ini dia sudah tidak diikutkan lagi dalam rapat-rapat, termasuk anggota Komite Sekolah dan guru yang sekubu dengannya.
Isnetty yang juga sering diintimidasi karena kevokalannya itu menuturkan, sebagai sekolah negeri, tempatnya mengajar mendapat subsidi pemerintah Rp 108 juta/ tahun. Itu tahun lalu. Ke mana uangnya, kenapa masih membutuhkan dana yang tinggi padahal sudah dapat subsidi, itu yang patut dipertanyakan, paparnya.
Menurut rencana, mereka akan mengadukan kasus ini ke Komisi VI DPR pasca pilpres putaran II. Sekadar diketahui, sebanyak 960 siswa belajar di SDN Lab School.(nrl)Reporter: Fedhly Averouss Bey
Sumber: Detik.com, Rabu, 28/07/2004 13:00