Markup Dana Askes Diduga Libatkan Dokter
Dua perusahaan farmasi mengiming-imingi dokter agar meresepkan obat produksi mereka.
Penggelembungan klaim asuransi kesehatan untuk warga miskin (Askeskin) di Rumah Sakit Umum Daerah Baubau, Sulawesi Tenggara, diduga melibatkan tiga dokter spesialis dan dua industri farmasi. Menurut pejabat PT Asuransi Kesehatan yang tak mau disebut identitasnya, tiga dokter itu adalah dokter kandungan, bedah, dan penyakit dalam.
Mereka yang menuliskan resep obat injeksi yang harganya mahal, kata si pejabat kepada Tempo di ruang kerjanya akhir pekan lalu.
Dia mengungkapkan investigasi PT Askes menunjukkan tiga dokter itu mengancam petugas verifikasi dari PT Askes supaya meloloskan resep obat Gammaraas produksi PT Combiphar dan Globulin buatan PT Sanbe Farma yang mereka tulis. Para dokter itu pun, katanya, mengancam direktur utama rumah sakit agar menandatangani protokol terapi. Tanpa protokol terapi, dokter tak bisa menuliskan resep untuk pasien.
Dua obat itu tak termasuk dalam DPHO (daftar plafon harga obat) yang ditentukan PT Askes. Supaya bisa diklaim, harus ada protokol terapi, katanya.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mengungkapkan adanya kejanggalan tagihan klaim Askeskin di sejumlah rumah sakit daerah. Rumah Sakit Umum Daerah Baubau, pada periode Januari-April 2007, hanya melayani 615 pasien. Tapi total tagihan obat dari apotek Kimia Farma mencapai Rp 5,4 miliar. Pada Januari ada 169 pasien dengan tagihan obat Rp 1,727 miliar.
PT Askes mencatat sejak November 2006 hingga April 2007 ada 1.370 ampul Gammaraas dan Globulin yang diklaim. Tapi pejabat Askes itu menjelaskan kedua obat ini tak semuanya disuntikkan ke pasien. Sebagian, menurut dia, dititipkan lagi ke apotek Kimia Farma untuk dijual kembali. Buktinya, jumlah obat yang keluar dari apotek tak sama dengan obat yang masuk ke apotek.
Petugas apotek juga diancam supaya mau menerima obat yang belum dipakai itu, katanya. Selain itu, obat yang dipakai ada yang dijual ke apotek lain.
Sumber yang sama melanjutkan, dua produsen yang memproduksi Gammaraas dan Globulin bekerja sama dengan ketiga dokter supaya meresepkan obat produksi mereka. Dua produsen ini menjanjikan keuntungan kepada para dokter.
Wisnu Dewi dari Bagian Regulatory PT Sanbe menyatakan tak tahu-menahu soal kasus di Baubau. Kami juga tak memproduksi Globulin, katanya. Sedangkan Combiphar, hingga berita ini ditulis, belum dapat dimintai konfirmasi. Telepon genggam seluler salah satu direktur tak bisa dihubungi.
Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia Merdias Almatsir mengaku belum menerima surat pengaduan dari Inspektur Jenderal Departemen Kesehatan soal keterlibatan dokter di Rumah Sakit Baubau. Tapi, Merdias menjelaskan, para dokter tak diperkenankan menerima fee-splitting atau mendapat keuntungan dari resep yang mereka tulis. Dokter harus mengedepankan pasien dalam menuliskan resep, ujarnya.
Dihubungi terpisah, Direktur Utama PT Askes, Orie Andari Sutadji membenarkan bahwa PT Askes sedang melakukan investigasi atas membengkaknya klaim dari apotek Kimia Farma di rumah sakit tersebut. Investigasi dilakukan setelah kantor regional PT Askes yang mengurus klaim di Baubau melihat ada lonjakan jumlah klaim yang sangat tinggi sejak November hingga April, yaitu Rp 5,4 miliar.
Kami curiga dan menangguhkan pembayaran klaim ke apotek itu, katanya.
PT Askes pun sudah melaporkan peristiwa itu kepada bupati dan dewan perwakilan rakyat daerah setempat. PRAMONO
Sumber: Koran Tempo, 6 Agustus 2007