Mengintip Kehidupan Para Perwira Menengah Polisi; Gaji Rp 2 Juta, Punya Dua Mobil Pribadi
Adanya laporan polisi memiliki rekening yang tidak wajar membuat para perwira polisi kini menjadi sorotan publik. Bagaimanakah sebenarnya kehidupan mereka?
GEDUNG Direktorat Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya siang itu terlihat ramai. Di salah satu ruang tampak seorang pria berdasi dengan warna sedikit mencolok duduk di balik meja. Kontras dengan baju sang penghuni yang trendi, meja berwarna pelitur cokelat itu biasa-biasa saja. Seperti laiknya meja di kantor-kantor instansi pemerintah.
Di atas meja berukuran 0,5 x 1 meter tersebut terdapat laptop bermerek Compaq model terbaru, PDA (personal digital assistant) phone atau komputer saku yang masih terlihat mengilap, serta sebuah HP lengkap dengan handfree-nya. Ketiga produk teknologi mutakhir itu diletakkan di balik tumpukan kertas.
Pria muda itu lalu mengeluarkan sebungkus rokok jenis mild dari saku kirinya. Tak seberapa lama, kepulan asap-asap putih memenuhi ruangan berukuran 4 x 4 meter tersebut. Kemudian, asap itu berangsur menghilang di ruang berpendingin AC itu.
Pria itu adalah Kanit II Police Control Direktorat Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya Komisaris Polisi (Kompol) Andry Wibowo, salah satu perwira menengah (pamen).
Dari sisi penampilan, Andry tak berbeda dengan para eksekutif muda di Jakarta, yang rambutnya dipotong pendek rapi dan sedikit berminyak. Di kedua jari manisnya melingkar dua cincin emas bermatakan berlian. Lalu, sebuah jam tangan berwarna emas mengintip dari pergelangan tangannya yang ditutup baju lengan panjang putih.
Penampilannya yang terkesan eksklusif dan beberapa peralatan canggih yang berjajar di meja memang sempat membuat wartawan koran ini bertanya-tanya. Bagaimana seorang pamen yang gaji resminya Rp 2 juta per bulan bisa memenuhi gaya hidup seperti itu?
Saat hal itu ditanyakan, mantan Kapolsek Koja, Jakarta Utara, itu langsung membantah menerima setoran. Termasuk saat dia dikonfrontasi tentang temuan PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan) soal adanya rekening mencurigakan beberapa pejabat Polri. Jangan gegabah menuduh polisi menerima setoran. Bisa saja kan polisi itu anak orang kaya atau seorang pengusaha seperti saya, terangnya.
Selain sebagai polisi, Andry mengaku memiliki usaha sampingan. Yakni, sebuah pusat pembekuan dan pemotongan ayam di kawasan Bojong Nangka, Pondok Gede, Jakarta.
Berdasarkan pengamatan wartawan koran ini, tempat pembekuan dan pemotongan ayam milik Andry itu memang sederhana. Di sana hanya terlihat dua bangunan, yaitu sebuah kantor dan gudang tempat pembekuan ayam.
Pria kelahiran Jogjakarta 12 Juni 1971 itu menuturkan bahwa tuduhan yang tidak ada buktinya bisa menimbulkan rasa tidak percaya terhadap polisi. Padahal, untuk membangun rasa kepercayaan masyarakat, bukan hal yang mudah. Rasa kepercayaan masyarakat harus tetap dijaga, katanya.
Kendati begitu, ayah tiga putra itu mengakui masih ada polisi yang menerima setoran. Tapi, hal itu semata untuk menutup anggaran. Sebab, selama ini anggaran yang disediakan pemerintah untuk operasional polisi sangat minim. Sementara tuntutan masyarakat terhadap polisi cukup berat.
Bagaimana seorang Kapolres memenuhi tuntutan masyarakat apabila tidak menerima