Milana Anggraeni, Istri Gayus Tambunan yang Ikut Raib
Gaji Kurang Rp 6 Juta, Naik Alphard ke Kantor
Aksi Gayus Halomoan Tambunan tidak hanya menyeret sejumlah pejabat di Mabes Polri, kejaksaan, dan Ditjen Pajak, tapi juga menyusahkan istri serta tiga anaknya. Bahkan, karena kecipratan ''uang belanja'' bermasalah itu, Milana Anggraeni, sang istri, kini juga menjadi incaran Mabes Polri.
AGUNG PUTU ISKANDAR, Jakarta
SEJAK kasus penggelapan pajak Rp 25 miliar yang melibatkan sang suami mencuat, Milana Anggraeni ikut raib. Sudah hampir sepekan ibu tiga anak itu tak pernah terlihat di tempat kerjanya, gedung DPRD DKI Jakarta, Jalan Kebun Sirih, Jakarta Pusat.
Saat Jawa Pos mendatangi ruang kerjanya kemarin (29/3), meja Milana di ruang ketua DPRD di lantai dua gedung wakil rakyat itu terlihat kosong. Wahyuni, teman seruangan Milana, menuturkan bahwa koleganya tersebut tidak masuk kerja sejak Selasa (23/3). ''Dia bilang sedang tidak enak badan,'' katanya.
Kendati tidak masuk sejak Selasa pekan lalu, wanita berusia 31 tahun tersebut baru membuat surat keterangan dokter pada Kamis (25/3). Surat itu -tidak diserahkan langsung oleh Milana- diterima atasannya, Kepala Bagian Umum Setwan DPRD DKI Jakarta Djatmiko.
''Izinnya istirahat sampai Selasa 30 Maret. Jadi, kita lihat saja sampai Rabu (besok, Red) apakah (Milana) sudah masuk atau belum,'' ujar Djatmiko lantas menyodorkan duplikat surat dokter yang dibuat Milana.
Surat tersebut dikeluarkan Crendis Clinic yang beralamat di Rukan Gading Park View, Jalan Boulevard Timur ZC 23-25, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Dalam surat itu, dokter menyarankan Milana beristirahat selama empat hari. Namun, tidak jelas dia sakit apa. ''Saya juga tidak tahu,'' tegas Djatmiko sambil menunjuk surat tersebut.
Lelaki asal Jogja itu menuturkan, Milana merupakan pegawai negeri sipil (PNS) golongan IIIA. Di kalangan pimpinan dewan, dia cukup dikenal. Maklum, wanita asal Jawa Barat tersebut bertugas sebagai staf Subbag Persidangan Pimpinan dan Panitia. Sebelumnya, dia bertugas di Dinas Olahraga DKI Jakarta.
''Setelah tes CPNS pada 2005, dia ditugaskan di dinas olahraga. Setahun kemudian pindah ke sini,'' jelasnya.
Milana dinikahi Gayus pada 2003. Meski sama-sama kelahiran 1979, usia Milana lebih tua tiga bulan daripada Gayus. Gayus lahir pada Mei 1979, sedangkan Milana pada Februari. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai tiga anak. Anak bungsu mereka baru lahir sekitar setengah tahun lalu.
Sebagai staf di sekretariat dewan, Milana menerima gaji pokok sekitar Rp 2 juta. Kalau ditambah tunjangan kinerja daerah (TKD) Rp 3,9 juta, pendapatan resmi dia mencapai Rp 5,9 juta. ''Kisarannya segitu lah,'' ungkap Djatmiko.
Sementara itu, sang suami, Gayus, memiliki pendapatan resmi bulanan dua kali lipat Milana. Sebagai pegawai Ditjen Pajak, Gayus menerima gaji dan tunjangan Rp 2,4 juta; remunerasi sekitar Rp 8,2 juta; serta imbalan prestasi rata-rata Rp 1,5 juta. Total take home pay resmi Gayus mencapai Rp 12,1 juta per bulan.
Meski kalau ditotal pendapatan pasangan tersebut mencapai Rp 18 juta per bulan, agak janggal mereka bisa memiliki duit di rekening sampai Rp 25 miliar; rumah seharga Rp 4 miliar di kawasan elite Gading Park View, kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara; apartemen seharga Rp 400 juta di Cempaka Mas, Jakarta Utara; serta mobil yang berganti-ganti.
Gayus, Milana, dan tiga anaknya hingga kemarin raib tak diketahui rimbanya. Keluarga itu diduga kabur ke Singapura. Rumah mereka di kawasan Kelapa Gading pun kosong. Mabes Polri kini tidak hanya memburu Gayus, tapi juga Milana.
Bahkan, Korps Bhayangkara tersebut berancang-ancang menetapkannya sebagai tersangka. Dia diduga menerima duit dari Gayus sekitar Rp 3,5 miliar di rekeningnya. Dari hasil penelusuran, Milana menerima uang tersebut dalam dua tahap. Yakni, Rp 900 juta dan Rp 2,6 miliar.
''Kalau ikut menerima juga, dia akan jadi tersangka,'' tegas Wakil Kabareskrim Irjen Pol Dikdik Mulyana Arief kemarin.
Teman-temannya di Setwan DPRD DKI menyayangkan jika Milana sampai menjadi tersangka. Sebab, sehari-hari dia berperilaku cukup baik. Hanya, dia termasuk pegawai yang tak terlalu suka bergaul akrab dengan pegawai lainnya. Kalau jam kerja sudah habis, dia sering bergegas pulang. ''Alasannya mau menjemput anak,'' ungkap seorang teman Milana yang tak mau namanya disebutkan.
Kalaupun ada yang dikesankan ''istimewa'', itu adalah mobil antar-jemputnya yang berganti-ganti. Kadang dia diantar mobil Ford Everest, Toyota Alphard, hingga Mercedes-Benz. Padahal, banyak rekan kerja Milana yang harus bersusah-susah mencegat bus atau angkutan umum untuk berangkat dan pulang kerja.
''Kalau dari golongan sih nggak jauh beda sama kami. Mungkin karena dia istri orang pajak kali ya,'' ujar seorang teman yang lain. (c5/el)
Sumber: Jawa Pos, 30 Maret 2010