Murid Telantar, 511 Guru SD di Flores Timur Mogok Mengajar
JAKARTA (Media): Proses belajar-mengajar di 340 SD di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) telantar, menyusul mogoknya 511 guru di lima kecamatan di kabupaten tersebut
''Guru memprotes pemerintah Kabupaten Flores Timur, menyusul hilangnya dana operasional belajar-mengajar sejak dua tahun terakhir, kata Elias Ola Nama, ketua Koalisi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Cabang, Kabupaten Flores Timur, di Kantor Indonesia Coruption Watch, Jl Kalibata Timur IV/D No 6 Jakarta Selatan, kemarin.
Elias yang juga aktif di PGRI cabang Kelubagolit itu mengatakan, kegiatan belajar-mengajar sejak dua tahun terakhir ini ditanggung masyarakat. Ada juga sekolah yang mempekerjakan siswa, agar bisa membeli perlengkapan sekolah. ''Seperti, kapur, kertas, dan kebutuhan operasional lainnya, kata Elias seraya menambahkan selama ini siswa-siswi diperkerjakan sebagai penambang pasir dan kerja kebun serta menuai padi. Misalnya, di sejumlah SD di Pulau Solor, Flores Timur.
Selain Elias, juga datang Matheus Sarabiti (PGRI Cabang Witihama), Beatus Gahing Tokan (PGRI Cabang Wulanggitang), Abdon Yulius (Kepala Desa Ojandetum, Kecamatan Wulanggitang), Aloysius Borok (Komite Sekolah SD Inpres Wolorona, Kecamatan Wulanggitang) dan David Koponglawe, mewakili PGRI ranting Kiwangona, Kecamatan Adonara Timur.
Elias menegaskan, pemerintah setempat tidak menganggarkan atau merealisasikan dana untuk penyelenggaraan pendidikan. Antara lain, dana sumbangan pelaksanaan pendidikan (sejak 2000), dana bantuan operasional (DBO) sejak 2003, dana operasional pendidikan (DOP) sejak 2003. Dana kegiatan ekstrakurikuler (sejak 2000), dana lomba mata pelajaran dan biaya perjalanan dinas, rapat, dan perpindahan dinas guru tidak pernah terealisasi.
Menurut Elias, guru sudah memprotes sikap pemerintah Kabupaten Flores Timur dengan cara melakukan apel akbar pada 29 April 2004. Menuntut bupati mengembalikan hak-hak sekolah dan guru. Kemudian, guru mogok mengajar tiga hari, mulai 29 April-1 Mei204.
Karena tidak ada respons, mulai pada 3 Mei 2004 dengan dukungan komite sekolah, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat (LSM), guru melanjutkan mogok hingga sekarang, katanya. (SO/B-5)
Sumber: media Indonesia, 28 Mei 2004