Nasib Nazaruddin Berubah Sejak Masuk Demokrat
Sosok yang Disebut Terjerat Kasus Sesmenpora
Bukan sekali ini saja, nama Muhammad Nazaruddin ramai diberitakan di media massa. Beberapa hari terakhir, Bendahara Umum DPP Partai Demokrat ini memang ramai disebut-sebut dalam kasus suap terhadap Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora) Wafid Muharam dalam proyek pembangunan wisma atlet SEA Games XXVI di Palembang, Sumatra Selatan.
Namun, jauh sebelumnya, anggota DPR itu juga sempat diisukan terlibat kasus pelecehan dan kongkalikong pasokan batu bara bagi PT Indonesia Power, anak perusahaan PT PLN. Siapakah sebenarnya sosok pria kelahiran Bangun, Simalungun, Sumatra Utara, pada 1968 ini?
Nama Nazaruddin pertama kali mencuat menyusul laporan Koalisi Masyarakat Pemantau Parlemen Indonesia (KOMPPI) ke Badan Kehormatan (BK) DPR, 2010 lalu. Menurut anggota Badan Kehormatan DPR, Nudirman Munir, saat itu Nazaruddin dilaporkan melakukan pelecehan selepas mengikuti Kongres Partai Demokrat di Bandung.
Kendati, laporan ini tak bisa ditindaklanjuti BK karena pelapor tak bisa menyertakan bukti-bukti kuat. Selanjutnya, menurut Nudirman, ada juga kasus kekerasan yang akhirnya juga tak bisa diproses karena alasan yang kurang lebihnya sama.
Salah satu orang yang pernah dekat dengan Nazaruddin adalah Daniel TF Sinambela. Pria yang pernah aktif di Partai Demokrat Sumatra Utara ini sekarang mendekam di tahanan Polda Metro Jaya akibat dilaporkan dalam kasus penipuan, penggelapan, dan pencucian uang senilai Rp 24 miliar. Direktur PT Matahari Anugrah Perkasa ini menuding Nazaruddin merupakan otak di balik penahanannya meskipun bukan sebagai pihak pelapor.
Kuasa hukum Daniel, Perry Cornelius Sitohang, menceritakan, awal perkenalan Daniel dengan Nazaruddin sekaligus apa yang diketahui Daniel soal Nazaruddin. "Kata Pak Daniel, Nazaruddin itu perusahaannya banyak tapi kecil-kecil," ujar Perry saat dihubungi Republika, Senin (9/5).
Hampir seluruh perusahaan Nazaruddin berkantor di Tower Permai yang terletak di Jalan Warung Buncit, Jakarta Selatan. Tapi, kata Perry, sekarang sudah tidak lagi. "Kemarin setelah diperiksa KPK langsung ganti nama semua," ungkapnya.
Mengutip pernyataan kliennya, Daniel memaparkan, perusahaan-perusahaan Nazaruddin, walaupun tak besar, bergerak di banyak bidang. Mulai dari batu bara sampai penyedia alat elektronik. "Pokoknya segala ada," kata Perry.
Daniel berkenalan dengan Nazaruddin saat perayaan ulang tahun Partai Demokrat tahun 2009. Walaupun tak punya perusahaan kakap, setahun kemudian, Nazaruddin menawari Daniel untuk berkongsi dalam proyek pasokan batu bara untuk PT Indonesia Power.
Nazaruddin sepakat membiayai seluruh modal proyek tersebut, dengan PT Matahari Anugerah Perkasa sebagai pelaksana proyek. Totalnya sekitar Rp 24 miliar. Daniel setuju.
Perry menceritakan, saat pengiriman pasokan batu bara baru berjalan dua kali, empunya modal tiba-tiba meminta balik uangnya. "Alasannya ada keperluan pribadi," ungkapnya.
Apa lacur, dana sudah telanjur diinvestasikan, dan Daniel menolak mengembalikan. Nazaruddin geram dan mulai menebar serangkaian ancaman kepada Daniel. "Ujung-ujungnya ada ancaman penjara dan tak lama Pak Daniel benar-benar ditahan," ujar Perry.
Perry mengatakan, kasus yang menimpa kliennya adalah sedikit gambaran soal siapa sebenarnya Nazaruddin. Ia tak habis pikir bagaimana Nazaruddin yang mengaku tak punya perusahaan besar bisa dengan mudah menggelontorkan dana sebesar Rp 24 miliar.
Suap Sesmenpora
Lain lagi menurut Koordinator Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) Boyamin Saiman. Dari penelusurannya, peruntungan Nazaruddin berubah saat menjabat sebagai Bendahara Partai Demokrat. "Sebelum masuk politik, perusahaannya kecil-kecilan," kata Boyamin.
Soal suap Sesmenpora, menurut Boyamin, ada dugaan Nazaruddin masuk melalui PT Anak Negeri. Informasi yang diterima Republika dari sumber lain yang pernah melihat BAP awal Mindo Rosalina Manullang di KPK, menyatakan selain ikut menikmati fee, Nazaruddin juga menjabat sebagai petinggi PT Anak Negeri.
Rosalina merupakan Direktur Marketing PT Anak Negeri yang dituduh mengantar Mohammad el-Idris, direktur PT Duta Graha Indah (DGI)--kontraktor proyek pembangunan wisma atlet SEA Games XXVI di Palembang, Sumatra Selatan, untuk menyerahkan uang suap kepada Sesmenpora.
Namun, menurut Boyamin, yang tercatat di PT Anak Negeri sebagai pendiri adalah adik Nazaruddin yang berinisial NH. "Nazaruddin ini hanya seperti God Father," kata Boyamin. KPK sejauh ini masih menelusuri keterkaitan antara PT DGI yang diduga melakukan penyuapan dan PT Anak Negeri. Dari penelusuran Republika, PT DGI dan PT Anak Negeri pernah bekerja sama pada 2008 sampai 2009.
Dari Laporan Keuangan Konsolidasi PT DGI Desember 2008 sampai Desember 2009, tercatat ada satu proyek yang dikerjakan bersama-sama oleh kedua perusahaan: Pekerjaan peningkatan sarana dan prasarana RSUD Kabupaten Dharmasraya, Sumatra Barat. Dalam kerja sama tersebut, pembagian partisipasi dan tanggung jawab adalah 66 persen untuk PT DGI dan 34 persen untuk PT Anak Negeri.
Bagaimanapun, Boyamin mengatakan, untuk mengerti peran Nazaruddin, harus diingat bahwa ia menjabat sebagai Ketua Kelompok Fraksi Demokrat di Badan Anggaran DPR periode 2009-2014. Posisi di Badan Anggaran ini, katanya, membuat kekuasaan yang dipegang Nazaruddin sangat besar.
Di Badan Anggaran inilah dana APBN dibagikan ke daerah-daerah dan kementerian. Boyamin menduga ada hubungan antara oknum di Badan Anggaran dan kasus suap Sesmenpora. "Ini ulah oknum-oknum yang bagi-bagi proyek untuk dapat fee," katanya.
Karier politik Nazaruddin sebenarnya dimulai di Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Ia sempat ikut 'nyalon' jadi anggota DPR periode 2004-2009 lewat daerah pemilihan Riau, namun tak lolos. Nazaruddin kemudian bergabung dengan Partai Demokrat pada 2005 lalu. Belum berbilang tahun, Nazaruddin langsung naik kelas menjadi Wakil Bendahara DPP Partai Demokrat melalui kongres tahun 2005 di Bali.
Lima tahun kemudian, jabatan bendahara umum akhirnya jatuh ke tangan Nazaruddin. Pada Pemilu 2009, ia juga terpilih masuk DPR dan ditempatkan sebagai anggota Badan Anggaran.
Terkait tudingan terhadap Nazaruddin ini, Badan Kehormatan berencana meminta kejelasan pekan depan. Nazaruddin akan dipanggil terkait dugaan mafia pertambangan dan kasus suap Sesmenpora.
Nazaruddin tak bisa dihubungi untuk mengonfirmasi berbagai kabar miring tentang dirinya. Seorang stafnya, Nuril, menerangkan, jika Nazaruddin masih lelah selepas pergi umrah sejak Kamis (28/4) lalu. Nazaruddin baru saja tiba di Tanah Air, Ahad (8/5) malam. "Bapak masih lelah, baru pulang tadi malam dari pergi umrah," kata Nuril kepada Republika.
Nuril kemudian meminta Republika mengutip rilis yang dibuat Nazaruddin dan dikirim melalui surat elektronik. Dalam rilis itu, Nazaruddin meminta KPK untuk segera menuntaskan kasus suap di Kemenpora. Dia menilai, penuntasan kasus ini penting demi mengklarifikasi berbagai tuduhan yang dialamatkan pada Partai Demokrat dan dirinya.
Menurut Nazaruddin, segala macam tuduhan pada dirinya hanyalah tuduhan imajinasi tanpa bukti. "Semakin cepat dituntaskan, maka berbagai isu akan cepat berakhir. Tudingan itu bisa menjadi jelas dengan pembuktian lewat jalur hukum," ujar Nazaruddin.
Nazaruddin pun meminta kepada semua pihak yang menuding keterlibatan dirinya dalam kasus suap Sesmenpora untuk memberikan bukti-bukti yang dimiliki. "Saya yakin mereka tidak akan bisa memberikan bukti-bukti itu karena memang kami sama sekali tidak terlibat," katanya.Bahkan, Nazaruddin siap dimintai keterangan KPK bilamana lembaga tersebut memerlukannya. "Saya siap diperiksa," tegasnya. ed: budi raharjo (-) Oleh Fitriyan Zamzami,EH Ismail
Sumber: Republika, 10 Mei 2011