Orangtua Harus Mengawasi Pengelolaan Sekolah
"Lucunya di negeri ini, sekolah mahal sekali. Kami anak jalanan, jadi susah bersekolah," Denny Siregar menyanyi sambil memetik gitar, menirukan nada lagu "Andai Aku Gayus Tambunan" yang populer beberapa waktu terakhir. Bersama teman-temannya, siswa kelas tiga Tempat Kegiatan Belajar Mandiri (TKBM) Ibu Pertiwi, Pancoran, Jakarta, itu menampilkan drama di sela deklarasi Aliansi Orangtua Peduli Pendidikan Indonesia (APPI) di Gedung Proklamasi, Selasa (22/2/2011).
Drama yang dimainkan para siswa itu merupakan sindiran akan mahalnya biaya pendidikan dasar di Indonesia, sehingga masyarakat miskin tidak dapat mengakses pendidikan. Handaru, ketua APPI mengatakan, biaya sekolah menjadi mahal karena dana pendidikan banyak dikorupsi. Sekolah cenderung tertutup mengelola anggaran yang dikucurkan dari pemerintah, tanpa melibatkan orangtua siswa. Ketika ada orangtua yang bersikap kritis, sekolah bersikap represif. "Banyak orangtua yang mengalami intimidasi ketika mencoba mengawasi sekolah," kata Handaru.
Sekretaris APPI, Jumono, mengatakan, bentuk intimidasi terhadap orangtua jamak terjadi. Ia menuturkan, salah seorang orangtua siswa yang menjadi saksi dugaan kasus korupsi di SD RSBI 012 Rawamangun Jakarta, kini meminta perlindungan dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Ia meminta bantuan LPSK karena anaknya terancam dikeluarkan dari sekolah setelah dirinya bersaksi di Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta. "Sekolah mengancam mengeluarkan siswa kecuali bila ayahnya mencabut kesaksian," kata Jumono.
Melihat posisi lemah orangtua, Handaru bersama sejumlah orangtua siswa membentuk aliansi. "Organisasi ini dibentuk agar orangtua dapat saling berbagi informasi, mendampingi orangtua yang bermasalah dengan sekolah, menjadi kelompok penekan bagi eksekutif dan legislatif dalam penyusunan anggaran pendidikan," kata Handaru.
Peneliti Divisi Monitoring Pelayanan Publik, Febri Hendri, mengatakan, aliansi orangtua siswa ini merupakan modal awal bagi gerakan sosial antikorupsi di sektor pendidikan. Orangtua harus mengambil posisi dalam pengambilan kebijakan dan pengelolaan sekolah. Febri berharap, aliansi orangtua siswa dapat semakin berkembang dan membangun jaringan di seluruh Indonesia. "Jangan setelah deklarasi setelah itu mati," tukas Febri. Farodlilah