Panitia Seleksi KY Khawatirkan Proses di DPR
Panitia Seleksi Komisi Yudisial berjanji untuk bekerja keras memilih calon komisioner yang tangguh dan berintegritas. Yang mereka khawatirkan justru proses uji kelayakan dan kepatutan di Dewan Perwakilan Rakyat yang bisa mementahkan calon yang sudah diseleksi.
”Kami berharap anggota KY orang yang tangguh, berintegritas, dan bukan job hunter (pencari kerja),” kata Harkristuti Harkrisnowo, Ketua Panitia Seleksi (Pansel) Komisi Yudisial (KY), dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (3/5).
Pada kesempatan itu, Harkristuti juga mengumumkan 19 anggota Pansel KY. Sebanyak 9 anggota Pansel berasal dari unsur pemerintah, 3 orang dari kalangan akademisi, 4 orang dari kalangan praktisi, dan 3 orang dari tokoh masyarakat. Sedangkan anggaran yang diajukan untuk Pansel, menurut Harkristuti, sekitar Rp 6 miliar. ”Dari dana itu, Rp 4,2 miliar untuk biaya iklan di media,” ungkapnya.
Pansel KY, kata Harkristuti, siap menerima pendaftar mulai 17 Mei 2010 untuk menjaring 14 calon guna menggantikan komisioner periode 2005-2010 yang akan habis masa tugasnya Agustus mendatang. ”Ke-14 calon ini akan kami usulkan kepada presiden yang kemudian akan diajukan kepada DPR,” ucapnya.
Dia berharap para pelamar bukan sekadar pencari kerja, melainkan orang-orang yang memiliki integritas. ”Karena itu, kami minta bantuan media dan civil society untuk melaporkan rekam jejak para calon yang melamar,” katanya.
Anggota Pansel KY, Komaruddin Hidayat, mengatakan, nama-nama yang muncul dalam penjaringan akan disampaikan secara transparan kepada masyarakat sehingga diharapkan ada umpan balik, terutama mengenai rekam jejak yang bersangkutan.
Mudji Sutrisno, anggota Pansel KY, menambahkan, untuk menjaring calon-calon yang berkualitas, Pansel akan mengundang calon tak hanya dari kalangan perguruan tinggi, tetapi juga dari kalangan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang hukum.
Anggota Pansel KY, Andi Hamzah, berharap, Pansel kali ini tidak kecolongan lagi seperti sebelumnya saat salah seorang anggota KY terpilih tertangkap menerima suap. (AIK)
Sumber: Kompas, 4 Mei 2010