Pansus Century Ricuh, Soal Salah Ketik hingga Adu Mulut
Rapat pansus kemarin juga menghadirkan saksi Sabar Anton Tarihoran, mantan direktur pengawas Bank I BI periode 2003 - Maret 2005. Sabar menjadi salah satu pihak yang dinilai paling bertanggung jawab dalam persetujuan merger Bank Century.
Pasalnya, dalam pemeriksaan pansus sebelumnya, mantan Gubernur BI Burhanuddin Abdullah menuding Sabar memanipulasi surat disposisi persetujuan merger Bank Century dengan mencatut nama Burhanuddin Abdullah. Dalam disposisi tersebut, seolah-olah Burhanuddin memberikan arahan bahwa merger ketiga bank menjadi Bank Century mutlak diperlukan.
Akibat adanya disposisi tersebut, mantan Deputi Gubernur Senior BI Anwar Nasution mengaku ikut menyetujui merger Bank Century karena menganggap bahwa Burhanuddin sebagai gubernur BI juga sudah setuju dengan merger itu. Namun, saat dikonfirmasi, Sabar memberikan jawaban mengejutkan. ''Surat disposisi itu missquote (salah kutip),'' ujarnya. Jawaban itu membuat suasana ruang pansus pun jadi riuh. Anggota pansus meminta penjelasan detail soal surat disposisi tersebut.
Menurut Sabar, seharusnya surat disposisi itu tidak ditandatangani gubernur BI, melainkan masih di tingkat deputi gubernur BI. ''Jadi, (ketikan kata) deputinya tidak ada,'' katanya. Anggota pansus dari FPAN Tjatur Sapto Edy mendesak Sabar agar berterus terang apakah salah ketik tersebut merupakan suatu kesengajaan untuk memanipulasi disposisi atau tidak. ''Kalau kesengajaan, itu pelanggaran yang luar biasa,'' ujarnya.
Sabar menyatakan bahwa salah ketik tersebut benar-benar kesalahan administrasi di direktorat pengawasan BI. ''Saya yakin itu tidak disengaja,'' katanya. Saat didesak tentang siapa yang harus bertanggung jawab dalam kasus salah ketik tersebut, Sabar mengatakan bahwa hal itu merupakan tanggung jawab seluruh pegawai direktorat pengawasan, termasuk dirinya. ''Saat itu saya percaya saja dengan surat yang dibuat bawahan saya,'' terangnya.
Rapat pansus dengan saksi Sabar juga sempat memanas akibat adu mulut dua anggota pansus, Gayus Lumbuun dari FPDIP dan Ruhut Sitompul dari FPD. Adu mulut itu dipicu jawaban Sabar atas pertanyaan anggota pansus Hendrawan Supratikno yang menanyakan background Sabar apakah suka main golf serta biliar. Termasuk apakah Sabar ikut dalam acara syukuran terpilihnya Burhanuddin Abdullah sebagai gubernur BI pada 17 Mei 2003, di salah satu gedung di Jakarta. Bahkan, Hendrawan menyebut Sabar datang dengan mobil merek Volvo dengan nomor polisi B sekian sekian. ''Saya tidak di situ. Bapak jangan ngaranglah,'' ujarnya.
Mendengar jawaban tersebut, Gayus Lumbuun mengajukan interupsi, lalu mengatakan agar pimpinan sidang menegur Sabar dan meminta menjawab dengan baik. ''Bapak sebagai saksi, jawab saja iya apa tidak. Jangan mengata-ngatain yang memberi pertanyaan,'' ujar anggota FPDIP itu dengan nada tinggi.
Tiba-tiba anggota pansus dari FPD Ruhut Sitompul menyahut dengan suara keras. ''Terserah Bapak saja, itu hak Anda sebagai saksi,'' katanya dengan nada tak kalah tinggi. Atas pernyataan Ruhut yang terkesan membela Sabar tersebut, Gayus menuduh bahwa Sabar dibela Partai Demokrat. ''Nah itu, Bapak didukung Partai Demokrat,'' ujarnya.
Ruhut pun langsung menyahut dengan suara keras. ''Saudara ini DPR atau BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)? Terima kasih makin indah permainan,'' kata Ruhut kepada Gayus. Suasana ribut mereda setelah pimpinan rapat pansus dari FPD Yahya Sacawirya mengatakan agar seluruh peserta rapat menghormati forum pansus. ''Saya sekarang adalah pimpinan dan tolong hormati pimpinan. Kalau Saudara tidak hormati, saya akan mundur sebagai pimpinan. Tolong langsung menjurus pertanyaan,'' ujarnya. Pemeriksaan terhadap Sabar dimulai pukul 15.30. Setelah diskors satu jam, rapat pansus kembali dilanjutkan dan berakhir hingga sekitar pukul 21.00.(owi/iro)
Sumber: Jawa Pos, 6 januari 2010