PDIP Sebut Lobi Tak Singgung ''Uang Jasa''
Pengakuan Agus Condro Prayitno terus mengundang kontroversi. Terakhir dia menyebut adanya pertemuan sekitar 10 koleganya sesama anggota Fraksi PDI Perjuangan di Komisi IX DPR periode 1999-2004 dengan Miranda S. Goeltom di Hotel Dharmawangsa, Jakarta. Ini terjadi beberapa hari menjelang pemilihan deputi gubernur senior Bank Indonesia (BI).
Rombongan itu, menurut Agus, dipimpin Panda Nababan yang pada DPR periode sekarang duduk di Komisi III. Kepada wartawan, Sekjen PDIP Pramono Anung menyatakan telah meminta klarifikasi dari Panda Nababan yang membenarkan adanya pertemuan tersebut. Tapi, sifatnya hanya perkenalan. Materi perbincangan yang berkembang selama pertemuan sama sekali tidak menyentuh persoalan komitmen ''uang jasa'' dan sejenisnya.
''Panda Nababan sudah melaporkan kalau dalam pertemuan itu tidak ada pembicaraan soal uang. Yang ada hanya perkenalan. Jadi, Miranda mengenalkan dirinya sebagai calon dan menyampaikan pemikiran kalau dia menjadi deputi gubernur senior,'' kata Pramono setelah menghadiri launching National Press Club dan Debat Kandidat Capres di Hotel Sultan, Jakarta, kemarin (27/8).
Menurut dia, agenda lobi dengan pemerintah merupakan suatu proses politik yang sah. ''Semua fraksi pasti melakukan hal itu. Toh itu cuma perkenalan. Jadi, salah kalau fraksi seakan-akan terlibat (seperti dalam pengakuan Agus Condro, Red),'' tegasnya.
Pramono mengaku tidak ingin berprasangka buruk dengan mencuatnya pengakuan Agus Condro. Tapi, ketika pengakuan itu muncul menjelang pemilu, lanjut dia, wajar bila ada yang mencoba mengaitkannya dengan upaya penghancuran pamor PDIP.
''PDIP tidak gentar. Kami juga sudah memanggil nama-nama yang disebut (Agus Condro). Tetapi, mereka bilang tidak ada pembagian uang,'' katanya. Sekiranya ada yang menerima, PDIP pasti mengusutnya. ''Siapa pun yang bersalah, pasti kami umumkan secara terbuka dan tidak akan dicalegkan lagi,'' ujarnya.
Secara terpisah, Ketua Fraksi PDIP Tjahjo Kumolo juga mengaku tidak tahu-menahu dengan pertemuan di Hotel Dharmawangsa. ''Saya nggak tahu pertemuan itu. Apalagi, siapa saja yang hadir,'' ungkapnya.
Dia memang sempat mengumpulkan Poksi (Kelompok Fraksi) PDIP di Komisi IX sebelum pemilihan deputi gubernur senior BI. Tjahjo yang ketika itu menjadi ketua Fraksi PDIP memang mengarahkan anggota fraksinya untuk memilih Miranda Goeltom.
''Kalau menginstruksikan mendukung itu memang tanggung jawab saya. Tapi, saya benar-benar tidak pernah menjanjikan imbalan materiil apa pun,'' tegasnya. ''Biarlah, soal pengakuan Agus itu KPK yang melakukan penyelidikan benar tidaknya,'' tandasnya.
Ketika dikonfirmasi, Agus Condro terkesan tidak ambil pusing dengan dalih yang dibangun Pramono Anung dan Tjahjo Kumolo. ''Biarin saja. Toh saya yang mengalami itu. Saya nggak mau bercerita yang tidak saya alami,'' katanya. Dia juga meluruskan bahwa dalam pertemuan di Hotel Dharmawangsa, Tjahjo Kumolo memang tidak hadir.
Dalam lobi itu juga tidak dibahas persoalan uang. ''Kami memang diperkenalkan. Ini lho Mir, teman-teman siap mendukung. Kebetulan sebelumnya PDIP kan juga mendukung Miranda dalam pemilihan gubernur BI, tapi kalah,'' bebernya.
Namun, Agus Condro bersikeras bahwa sebelum lobi Dharmawangsa, pimpinan fraksi, yaitu Tjahjo Kumolo, sudah mengumpulkan mereka di ruang Poksi. Tak hanya mengarahkan pilihan kepada Miranda dengan argumentasi yang rasional, pembicaraan mengenai adanya komitmen ''uang balas jasa'' juga muncul di sana.(pri/dyn/oki)
Sumber: Jawa Pos, 28 Agustus 2008