Penyidik Usut Skenario Besar, Polisi Cek Kewenangan Antasari
Pengacara Wiliardi Tantang Konfrontasi
Ada skenario besar yang diduga menjadi motif di balik pembunuhan Nasrudin Zulkarnain. Karena itu, para penyidik mulai memperlebar materi penyidikan ke arah tanggung jawab tersangka Antasari Azhar sebagai eks ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Polisi juga berencana mengonfrontasi Antasari dengan dua tersangka lain, yakni Sigit Haryo Wibisono dan Wiliardi Wizar dalam waktu dekat. Sebab, sejak Antasari ditahan 4 Mei lalu, ketiga tersangka belum ditemukan. Rencana itu diakui Direskrimum Polda Metro Jaya Kombespol M. Iriawan. "Menunggu waktu yang tepat," katanya.
Dalam pemeriksaan pukul 15.00 hingga 19.30 kemarin, Antasari dicecar 35 pertanyaan. Menurut pengacara Antasari, Juniver Girsang, penyidik berusaha membuka kemungkinan adanya motif selain asmara. "Kami justru mendukung. Itu membuktikan kasus ini tidak hanya kasus biasa, melainkan ada skenario besar," kata pengacara yang berpraktik sejak 1987 itu.
Selain itu, kewenangan Antasari dalam memutuskan sebuah kasus juga ditanyakan secara rinci. "Pak Antasari menjawab sesuai perundang-undangan yang ada, yakni UU 30 Tahun 2001 dan PP No 5 Tahun 2005," katanya. Menurut Juniver, Antasari juga ditanyai soal laporan korupsi yang disetor Nasrudin. Laporan itu, kata Juniver, tidak semuanya ditanggapi. "Ada juga yang tidak," katanya.
Hari ini (12/5) penyidik dijadwalkan kembali memeriksa Antasari.
Benarkah polisi mulai menemukan motif lain? Sumber Jawa Pos di Polda Metro Jaya menjelaskan, keterangan Antasari soal wewenangnya hanya untuk melengkapi berkas. "Kami tetap fokus pada dugaan pembunuhan. Belum ke yang lain-lain," kilah sumber itu.
Menurut penyidik, keterangan Antasari justru membuktikan bahwa kewenangan ketua KPK tidak istimewa. "Dalam sebuah laporan kasus, misalnya, itu dibahas secara kolektif oleh pimpinan. Jadi, bukan dia sendiri yang menentukan lanjut atau tidaknya," katanya.
Hal itu untuk menepis rumor skenario lain di balik tewasnya Nasrudin, yakni Antasari merasa diteror karena laporan Nasrudin tak ditanggapi. Proses laporan itu ditahan Antasari karena dikhawatirkan menyeret pihak lain yang lebih besar. "Ada skenario menjebak Pak Antasari. Ini kami buka pada saatnya nanti pada publik," ujar Juniver.
Di Mabes Polri, Kabareskrim Komjen Pol Susno Duadji menegaskan, motif utama penyidikan polisi adalah pembunuhan. "Jangan terjebak. Polisi ini menyelidiki berdasar itu (pembunuhan)," kata Susno di kantornya kemarin (11/5). Menurut Susno, pengacara boleh saja melakukan pembelaan. "Yang menentukan pengadilan," kata jenderal bintang tiga itu.
Polisi juga terus melengkapi alat bukti untuk membantu penyidikan. Salah satunya, memeriksa rekaman CCTV (closed circuit television) di rumah Sigid dan di Gran Mahakam. "Untuk memperkuat penyidikan," ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombespol M. Iriawan.
Rekaman di rumah Sigid, Jalan Pati Unus, Kebayoran, akan memperjelas rincian dan durasi pertemuan. Termasuk, siapa saja yang hadir dalam acara yang dihelat dua minggu sebelum Nasrudin terbunuh.
Menurut perwira yang sering disapa Iwan Bule itu, polisi akan menggunakan jasa ahli untuk memeriksa rekaman itu. "Agar lebih objektif," katanya. Informasi yang dihimpun koran ini menyebutkan, rekaman CCTV itu akan diperiksa di sebuah laboratorium di London, Inggris.
Sementara itu, pengacara Wiliardi Wizar, Yohanes Jacob, menjelaskan, pertemuan AA dan Wiliardi terjadi dua kali. "Satu kali di rumah Antasari, satu kali di rumah Sigid," katanya di Polda Metro Jaya kemarin (11/5).
Wiliardi sekarang ditahan di rutan Brimob Kelapa Dua Depok. Menurut Yohanes, pertemuan yang hanya berlangsung 10 menit itu untuk beraudiensi. Ketiganya membahas sesuatu yang terkait dengan kepentingan Sigid. "Mereka berkawan," ujarnya.
Yohanes meminta keterangan tiga pihak yang kini sama-sama dinyatakan sebagai tersangka pembunuhan Nasrudin itu dikonfrontasikan. Hal itu dimaksudkan agar tidak terjadi saling tuduh. "Mau secara psikologi atau apa pun," katanya.
Di bagian lain, penyidik kemarin juga memeriksa Sigid Haryo Wibisono. Materinya seputar perkenalan dengan Antasari dan Wiliardi. "Kami juga ingin tahu rekam jejaknya secara langsung. Bukan dari cerita orang per orang," ujar sumber Jawa Pos di Polda Metro Jaya.
Sigid memang bukan orang biasa. Anak mantan Kasdam IV/Diponegoro itu bahkan terlibat dalam proses penggulingan Soeharto pada 1998. Hal itu diakui Wakil Ketua Komisi III DPR Soeripto. "Saya kenal dia waktu 98," kata Soeripto.
Menurut informasi yang dihimpun Jawa Pos, Sigid pernah terlibat dalam diskusi aktif Jaringan Kerinci. Jaringan itu disebut Jaringan Kerinci karena bermarkas di Jalan Kerinci, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Pengamat militer M.T. Arifin membenarkan hal itu. "Memang dulu ada diskusi-diskusi politik di sana," kata Arifin saat dihubungi lewat telepon rumahnya tadi malam. Dosen UNS yang juga budayawan itu mengenal Sigid sejak 1997. "Dia bersama saya ke Jakarta tahun-tahun itu. Tapi, sejak 2002 saya tidak ada hubungan lagi," katanya.
Menurut Arifin, diskusi di Jalan Kerinci diikuti banyak kalangan. "Ada pakar-pakar. Saat itu ada juga Sri Mulyani (sekarang menteri keuangan)," kata Arifin.
Diskusi aktif di Jalan Kerinci juga berperan dalam merumuskan arah reformasi 1998. "Saya memang ikut membangun kantor, tapi sekarang sudah tidak lagi. Sejak 2002 saya pulang ke Solo dan tidak kontak lagi dengan Sigid," tegasnya. (rdl/iro)
Sumber: Jawa Pos, 12 Mei 2009