Pertamina Tak Keluarkan Dana; Untuk Perjalanan Anggota DPR [14/06/04]
Pihak PT Pertamina menegaskan, badan usaha milik negara ini tak mengeluarkan satu rupiah pun dana untuk membiayai perjalanan anggota Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat ke Hongkong dan Korea Selatan dalam kaitan dengan rencana penjualan tanker raksasa milik Pertamina. Seluruh biaya yang keluar berkaitan dengan perjalanan itu merupakan beban negara yang ditanggung oleh Komisi VIII DPR sendiri.
Demikian diutarakan Kepala Divisi Hubungan Pemerintah dan Masyarakat PT Pertamina Hanung Budya kepada wartawan di Jakarta, Minggu (13/6). Dia juga menegaskan, keikutsertaan seorang pegawai Pertamina dalam rombongan itu hanya untuk mendampingi anggota DPR, bukan untuk melihat tanker raksasa (very large crude carries/VLCC) tersebut dan proses penjualannya.
Dalam rangka pengawasan sesuai dengan hak konstitusi DPR, para anggota DPR bisa memeriksa ke mana pun dan bertemu dengan siapa pun sehingga dalam konteks ini melakukan kunjungan ke Hongkong dan Korsel. Semua itu biaya DPR, dan Pertamina hanya menyampaikan kepada Goldman Sachs dan Hyundai agar memberikan penjelasan kepada rombongan DPR, kata Hanung.
Namun, Kompas yang mengecek keberadaan Ketua Komisi VIII DPR Irwan Prayitno pada hari Jumat siang pekan lalu di Sekretariat Komisi VIII, Gedung Nusantara I DPR, mendapati karyawan yang ada di ruangan tersebut tak dapat memberikan informasi. Alasan mereka, mereka tak mengetahui keberadaan Ketua Komisi VIII dan meminta Kompas mengecek ke ruangan fraksi.
Beberapa anggota Komisi VIII DPR yang tidak ikut dalam rombongan juga mengaku tidak mengetahui adanya anggota Komisi VIII DPR yang berangkat ke Hongkong dan Korea Selatan (Korsel). Salah seorang karyawan bahkan mengatakan tidak tahu acara pemimpin mereka pada akhir pekan.
Salah satu anggota Komisi VIII mengaku mengetahui bahwa beberapa anggota DPR memang pernah mengajukan permintaan untuk berangkat ke Hongkong dan Korsel. Kemudian, dia memperoleh informasi dari pihak yang memberangkatkan rombongan tersebut bahwa permintaan dari anggota Komisi VIII itu dikabulkan.
Harga pasar
Staf pengajar bisnis pelayaran di Pascasarjana Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Surabaya, Raja Saut Guming, mengingatkan agar PT Pertamina terbuka berkaitan dengan harga pasar dari tanker raksasa seperti dimiliki Pertamina.
Pasalnya, harga pasar dari tanker raksasa yang sedang dibangun Pertamina di galangan kapal Hyundai Heavy Industries pada saat ini mencapai 100 juta dollar AS hingga 120 juta dollar AS per tanker.
Bahkan, menurut Raja, seandainya kapal tersebut dipertahankan oleh Pertamina hingga tahun 2008 dan baru dijual pada tahun 2009, harga saat dijual masih bisa mencapai 100 juta dollar AS. Alasannya, pasokan tanker baru stabil pada tahun 2010 sehingga harga tanker baru mencapai titik kulminasi pada tahun 2009.
Dia juga menambahkan, tingginya harga pasar tanker itu karena keberadaan tanker single hulk akan digantikan posisinya oleh double hulk pada tahun 2010 sehingga sekarang tanker-tanker single hulk harus siap menjadi besi tua. Akibat kondisi itu terjadi pengurangan armada tanker di dunia sebesar 40 persen dari yang awalnya berjumlah 400 tanker.
Serikat Pekerja Pertamina Seluruh Indonesia (SP-PSI) dalam suratnya mengingatkan, jika tanker Pertamina hanya terjual 90 juta dollar AS, Pertamina menderita kerugian 40 juta dollar AS atau sekitar Rp 380 miliar. Kerugian itu dihitung dari selisih harga penjualan dasar yang seharusnya dipatok 110 juta dollar AS.
Patokan harga dasar itu ditentukan dari asumsi harga pasar 90 juta dollar AS dan keuntungan operasional selama tiga tahun yang diperoleh di muka.
Sesuai dengan perhitungan konsultan Japan Marine, tingkat keuntungan itu sebesar 11,83 persen dari nilai tanker pada saat ini. Dengan demikian, harga dasar seharusnya menjadi 120 juta dollar AS atau 90 juta dollar AS ditambah 20 juta dollar AS.
Menurut SP-PSI, metode perhitungan harga dasar tersebut lazim digunakan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Jadi, untuk dua tanker, seharusnya Pertamina bisa mendapat paling tidak 220 juta dollar AS. (BOY)
Sumber: Kompas, 14 juni 2004