Polisi Kesulitan Tangkap Nazaruddin
Buronan kasus korupsi Wisma Atlet di Palembang, Muhammad Nazaruddin telah terdeteksi keberadaanya. Bahkan, dia berulang kali diwawancara televisi lewat telepon. Namun, Polri menyatakan mengalami kesulitan menangkap buronan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Anton Bachrul Alam mengakui, Polri kesulitan menangkap Nazuruddin karena mantan bendahara umum Partai Demokrat itu berada di luar negeri.
’’Berada di negara orang lain. Tentu kami harus koordinasi dulu yang baik, karena tidak bisa menangkap langsung,’’ kata Irjen Anton di Mabes Polri, Rabu (20/7).
Polri berdalih menangkap buronan di luar negeri tidak semudah menangkap di wilayah Indonesia. ”Tenang saja ya, kita melihat ada siaran langsung interaktif, kan itu berada di negara orang lain, kalau di negara kita sudah kami tangkap,” tegasnya.
Anton mengaku semua informasi terus dikumpulkan untuk melacak keberadaan Nazaruddin. Namun, dia lagi-lagi enggan menyampaikan posisi terakhir buronan KPK tersebut.
”Kalau kami sampaikan tidak bagus, itu kan masih dalam pengejaran anggota kita. Tentu semua dirahasiakan, jadi tidak boleh disampaikan ke publik. Yang jelas, kita tetap monitor. Polisi serius menangani itu. Tunggu saja saatnya,” tegas Anton.
Anton menambahkan, Polri tidak bisa menangkap buronan di luar negeri. Sebab, ada aturan internal negara yang bersangkutan.
Apakah negara bersangkutan masih menutup diri peluang ektradisi? ”Kita berusaha untuk sama-sama saling membantu. Mereka minta tolong juga kita bantu. Itu memerlukan waktu,” tambah mantan Kapolda Jatim ini.
Nazaruddin cuap-cuap di televisi lewat sambungan telepon. Dia melemparkan sejumlah tudingan, baik kepada politikus PD maupun KPK. Padahal, selama ini Nazaruddin menjadi buron setelah kabur ke Singapura.
Hingga kini, KPK maupun Polri belum bisa menangkap Nazaruddin. Pihak Singapura sudah menyatakan, tersangka kasus suap Kemenpora itu tidak berada lagi di negeri jiran itu.
Lalu, di mana Nazaruddin bersembunyi?
”Nomor yang dia pakai memang masih nomor telepon Singapura,” bisik seorang penegak hukum yang enggan disebutkan namanya, Rabu (20/7).
Namun, meski menggunakan nomor Singapura, Nazaruddin tidak lagi berada di negeri mungil itu. Dia ditengarai telah jauh dari Singapura hingga ke Asia Selatan. ”Pantauan terakhir dia ada di sekitar Pakistan,” ungkap sumber itu.
Benarkah Nazaruddin sudah melanglang jauh ke Pakistan? Belum ada pejabat resmi yang memberi keterangan. Hanya saja kemungkinan dia di sana memang kuat, apalagi dia konon memiliki saudara jauh di negara tersebut.
Sementara itu, pihak Mabes Polri menyikapi wawancara Nazaruddin dengan televisi hanya menjawab diplomatis.
”Kami masih berupaya maksimal untuk melacak itu dan membantu mengembalikan Nazaruddin ke Indonesia,” kata Kabareskrim Irjen Pol Sutarman di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jaksel.
Anas Membantah
Sementara itu, Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum menepis semua tudingan Nazaruddin, termasuk soal deal tertentu dengan Pimpinan KPK, Chandra M Hamzah. Dia menegaskan, tidak pernah ada deal khusus terkait kasus hukum menyangkut wisma atlet.
”Itu bagian yang bohong lagi,” kata Anas kepada wartawan di rumahnya, Jl Teluk Semangka C4, Duren Sawit, Jakarta Timur, Rabu (20/7).
Anas meminta agar publik bisa menilai dengan bijak ucapan yang disampaikan Nazaruddin. ”Kalau tuduhan hukum ada faktanya silakan lapor ke penegak hukum. Seorang kriminal buron kok dijadikan narasumber kebenaran? Daftar dosanya kan banyak sekali,” tegas Anas.
Dia menilai apa yang dilakukan Nazaruddin itu untuk melakukan pembunuhan karakter dirinya. ”Tapi saya tidak pernah khawatir dan takut karena yang membunuh hanya satu, Tuhan,” tuturnya.
Komisioner KPK Chandra M Hamzah juga membantah tudingan Nazaruddin mengenai adanya kesepakatan antara dia dengan Anas Urbaningrum tentang proses hukum kasus suap wisma atlet SEA Games. Sejak Anas menjadi Ketua Umum DPP PD, Chandra menyatakan dirinya tidak pernah bertatap muka dengan Anas.
”Saya tidak pernah ketemu Anas sejak yang bersangkutan jadi Ketua Umum DPP PD. Ketemu saja nggak pernah, apalagi membuat deal-deal itu,” katanya.
Tak hanya kasus wisma atlet, dalam wawancara di MetroTV lewat telepon, Selasa (19/7), Nazaruddin berapi-api ‘’membongkar’’ berbagai skandal korupsi. Selain menyerang Anas Urbaningrum, dia juga menyeret Wakil Ketua KPK, Chandra M Hamzah.
”KPK itu rampok semua. Pada 2010 bulan 11, Chandra ke rumah saya terima uang. Ada bukti CCTV-nya. Menerima uang untuk proyek pengadaaan baju untuk Pemilu. Ada seorang pengusaha menemui Chandra, tanya Benny K Harman karena beliau ikut pertemuan itu,” kata Nazaruddin.
Nazaruddin menyatakan pertemuan tersebut terekam kamera CCTV di rumahnya.
Tentu saja, tudingan itu langsung dibantah Chandra M Hamzah. ‘’Kasus pengadaan baju pemilu tidak pernah masuk KPK. Jadi, tuduhan itu tidak benar. Tanya saja sama Nazar, atau Benny K Harman!,” kata Chandra usai rapat dengan Timwas Century di Gedung DPR, kemarin.
Sedang Labil
Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Syarief Hassan menyebut Muhammad Nazaruddin sedang labil ketika melontarkan pernyataan atas persoalan hukum yang menimpanya. Pernyataan tersebut dilontarkan Syarief Hassan usai membuka ”Cooperative Fair 2011” di Bandung, Rabu (20/7).
Dengan alasan itu pula, Syarief secara implisit menyatakan kebenaran atas pernyataan Nazaruddin yang terkesan blak-blakan di media televisi perlu dibuktikan lagi.
”Kalau begini kan yang bersangkutan sedang labil, jadi informasinya itu perlu diklarifikasi, jadi lebih bagus melalui salurannya,” kata Syarief.
Saluran itu, lanjutnya, adalah mantan bendahara umum partai biru-biru itu segera mendatangi KPK. Dengan demikian, persoalan yang menjeratnya, seperti kasus pembangunan wisma atlet SEA Games, bisa mendapat kejelasan.
Demokrat pun menginginkan bekas pengurus partainya itu bisa memenuhi panggilan aparat penegak hukum.
”Yang paling bagus, Nazaruddin datang ke KPK supaya tidak ada simpang siur. Demokrat pun ingin disalurkan lewat KPK,” tandasnya.
Disinggung Rakornas akhir pekan ini, Syarief menegaskan bahwa ajang tersebut tidak memiliki niatan melakukan perubahan atas komposisi pengurus partai di bawah pimpinan Anas Urbaningrum. ”Perombakan pengurus tidak ada,” tegasnya. (dtc,K24,dwi-25,35)