Rumah Koruptor Didemo
Para aktivis gerakan antikorupsi kini punya cara lain dalam berdemonstrasi. Biasanya, para demonstran memilih berdemo di depan gedung Kejaksaan Agung, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan Mahkamah Agung (MA). Tapi, kali ini tidak.
Para demonstran yang tergabung dalam Brigade Aksi Tangkap Koruptor (BATK) kemarin memilih demo langsung di depan rumah orang yang mereka anggap korup. Yang menjadi sasaran aksi mereka siang kemarin adalah rumah mantan Presdir Bank Aspac Setiawan Harjono di Jl Agus Salim No 72 Menteng, Jakarta Pusat.
Mereka beraksi pukul 13.00 dan hanya berlangsung 15 menit. Tapi, demo yang dilakukan sekitar 50 orang tersebut sempat membuat lalu lintas di Jl Agus Salim, Jakarta, yang satu arah itu, macet total. Apalagi, rumah tersebut terletak persis di depan sekolah. Kemacetan pun semakin panjang. Kapolsektro Menteng Kompol Dahana terlihat ikut berjaga di lokasi.
Rasa ketidakadilan rakyat makin terusik manakala para pembobol bank dibiarkan menghirup udara bebas, cetus Indra Hermawan, koordinator aksi. Mereka kemarin juga membawa kertas putih bertulisan, Rumah Ini Disegel Rakyat. Tapi, begitu tulisan itu ditempel di pagar rumah mewah berlantai dua tersebut, polisi segera merobeknya.
Setiawan Harjono dipidana lima tahun penjara dipotong masa penahanan yang pernah dijalaninya. Hal ini sesuai putusan majelis hakim PN Jakarta Selatan pada 2003 lalu. Tapi, pidana tersebut urung dilakukan karena dia beralasan sakit. Setiawan terlibat kasus korupsi penyelewengan dana BLBI (bantuan likuiditas Bank Indonesia) senilai Rp 1,4 triliun.
Para pendemo juga menyebarkan rilis berisi beberapa nama para pembobol bank yang masih lolos dari jerat hukum. Antara lain, ditulis nama Maria Pauline Lumowa (pembobol Bank BNI), Irawan Salim (mantan Dirut Bank Global), Sjamsul Nursalim (mantan pemilik BDNI), David Nusawijaya, Bambang Sutrisno, dan Eddy Tong.
Kami terus menuntut supaya mereka ditangkap. Kami akan terus mendemo rumah-rumah mereka, ancam Indra.
Meski didemo, Setiawan sendiri tak muncul dari rumah mewah itu. Menurut penjaga rumah itu, Sunarno, sang pemilik rumah sudah jarang datang. Terakhir kali Pak Setiawan datang ke sini sebulan lalu, jelasnya. (naz)
Sumber: Jawa Pos, 17 Maret 2005