Sekoper Buku Calon Pemimpin KPK
Wajah pengacara Taufan Pawe berkerut. Tangannya sibuk membuka buku-buku soal korupsi saat mengikuti tes menulis makalah calon pengganti pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi kemarin.
Advokat asal Makassar, Sulawesi Selatan, ini tak main-main. Agar lebih percaya diri, Taufan memboyong sebuah koper besar berwarna hitam berisi 40 buku soal korupsi. "Saya harus mengutip undang-undang untuk memperjelas tulisan," katanya kemarin.
Taufan adalah satu dari 133 calon pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi yang kemarin mengikuti tes di gedung Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Jakarta. Materi makalah menyangkut persoalan dan penanggulangan korupsi di Indonesia.
Layaknya ujian tertulis di perguruan tinggi, tes ini juga diawasi dengan ketat. Peserta dilarang menyontek referensi tulisan dari Internet. Telepon genggam maupun komputer jinjing tak boleh terkoneksi ke dunia maya. "Telepon tak boleh dihidupkan, laptop tak boleh terkoneksi ke Internet," kata Sekretaris Panitia Seleksi Ahmad Ubbe kemarin.
Saat tes baru saja dimulai, beberapa peserta sempat mencuri kesempatan dengan merambah dunia maya lewat telepon seluler. Namun aksi itu tak sempat berlanjut karena keburu terpantau petugas. Sebuah monitor televisi yang dipasang di luar ruang Graha Pengayoman menampilkan aktivitas di dalam ruang ujian secara langsung.
Meski begitu, panitia tetap membolehkan para peserta mengutip bahan tulisan dari buku-buku yang dibawa dari rumah. "Saya tadi melihat buku untuk mengecek nama undang-undang," kata salah satu peserta, Alamsyah Hanafiah.
Lain halnya bekas Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie. Dia ternyata tak membuka selembar buku pun. "Saya tidak sempat membawa (buku)," ujarnya.
Panitia juga membolehkan calon kandidat menulis makalah dengan tulisan tangan atau diketik di komputer. Panjang setiap makalah 8-10 halaman. Bagi peserta yang tak membawa komputer jinjing, panitia sudah menyediakannya.
Namun banyak peserta memilih menulis makalah dengan tangan seperti Jimly. Makalah sepanjang 10 halaman itu ia tulis dengan tangan. "Saya disuruh nulis, ya, nulis saja," katanya kemarin.
Adapun peserta lainnya, Ketua Komisi Yudisial Busyro Muqoddas, memilih menggunakan komputer. "Alhamdulillah, saya sudah bisa pakai komputer," katanya. Selama hampir empat jam, dia mengetik delapan halaman agenda pemberantasan korupsi. ANTON SEPTIAN
Sumber: Koran Tempo, 29 Juli 2010