Selasa Pagi Susno Masih Pimpin Rapat Kerja Teknis Bareskrim
POSISI Komjen Susno Duadji sebagai Kabareskrim hingga tadi malam masih tak terusik. Polri dan Tim Pencari Fakta (TPF) belum mengambil tindakan apa pun. Bahkan, kemarin pagi (3/11), Susno masih memimpin rapat kerja teknis Bareskrim di Rupatama Mabes Polri.
''Belum tahu (kalau dia mau diganti). Beliau masih aktif,'' kata Kadiv Humas Polri Nanan Soekarna setelah mengikuti rapat tersebut.
Rapat itu, lanjut Nanan, masih dipimpin Susno sebagai Kabareskrim. Karena itu, dia menampik anggapan bahwa Susno diganti atau dinonaktifkan.
Susno memang sering disebut Anggodo Widjojo. Di antaranya, Susno ikut bersama Anggodo ke Singapura untuk menemui Anggoro Widjojo.
''Susno itu dari awal berangkat sama saya ke Singapura. Itu dia sudah tahu Toni itu saya, sudah ngerti, Pak. Yang penting, dia enggak usah masalahin, Susno itu kan urusan penyidik, Pak. Yang penting, dia ngakuin itu bahwa dia yang merintahken untuk nyogok Chandra, itu aja,'' kata Anggodo dalam rekaman.
Dalam rekaman itu juga disebutkan bahwa Susno berhubungan dengan Anggodo Widjojo dan sejumlah pengacaranya dalam penyusunan BAP pemeriksaan saksi Ari Muladi dan Edi Sumarsono. Susno juga memimpin penyidik memeriksa Anggoro Widjojo di sebuah hotel di Singapura dan melakukan koordinasi penyusunan BAP rekayasa kasus Bibit dan Chandra dengan JAM Intel Wisnu Subroto dan JAM Pidsus A.H. Ritonga.
Namun, hingga tadi malam, Susno masih aman. Menurut Nanan, Polri tidak akan segan memproses pejabat Polri yang terlibat. Namun, bukan internal Polri yang menyelidiki keterlibatan mereka. Polri akan ''menyerahkan'' penyidik (termasuk Susno) kepada TPF. Nah, hasil penyelidikan TPF itulah yang akan menentukan masa depan Susno di Polri. ''Kalau benar, Polri akan menindak,'' ujar Nanan.
TPF baru bergerak hari ini (4/11). Anggota TPF Todung Mulya Lubis mengatakan akan memanggil jajaran Polri yang diduga terlibat untuk memberi keterangan. Mereka akan dipanggil ke kantor Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres). ''Kami harap mereka kooperatif,'' kata Todung saat ditemui di Bareskrim tadi malam.
Dilempari Telur Busuk
Pembeberan rekaman dalam sidang uji materi di Mahkamah Konstitusi (MK) kemarin membuat citra Polri coreng-moreng. Dalam konferensi pers tadi malam, berkali-kali Nanan menyatakan prihatin atas keterlibatan pejabat Polri dalam kasus tersebut. Berkali-kali Nanan mengatakan bahwa rekaman itu ''menyinggung harga diri'' Polri, ''menyakitkan'' korps penegak hukum. Kata menyakitkan dan menyinggung diulang lebih dari lima kali oleh Nanan dalam konferensi pers tadi malam.
''Kalau rekaman itu benar, itu sangat menyakitkan, menyinggung harga diri institusi. Bukan hanya Kepolisian, melainkan juga kejaksaan dan KPK yang dalam rekaman tersebut ikut disebut,'' katanya.
Sejumlah nama penyidik Polri memang disebut dalam rekaman itu. Selain Kabareskrim Komjen Pol Susno Duadji, ada Wadir III Tipikor Kombespol Benny Mokalu, dan seorang penyidik bernama Parman. Saat dimintai tanggapan atas penyebutan nama dirinya, Benny berujar, ''Polri siap dilempari telur busuk.''
Benny juga mengakui ada nama Parman dalam jajaran penyidik di Dir III Tipikor Polri. Yakni, Kompol Parman. ''Dia tim kami,'' katanya.
Benny kemarin hilir mudik dari gedung Bareskrim ke ruang Kapolri. Bersama Direktur III Brigjen Pol Yovianes Mahar, Benny memang dipanggil Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri. ''Kalau saya salah, saya siap menanggung risiko,'' ujarnya.
Menanggapi nama penyidik dan pejabat Polri disebut dalam rekaman, Nanan menyatakan akan memproses mereka. ''Kalau gue yang meriksa, elu nggak percaya,'' kata Nanan. (aga/fal/iro)
Sumber: Jawa Pos, 4 November 2009