Selebaran Antikoran Sampah [02/08/04]
Penyimpangan dan praktik korupsi oleh pejabat di Kota Bekasi telah terjadi sekian lama dan sulit diberantas. Bahkan memicu terjadinya pemerasan oleh para oknum, termasuk di antaranya para wartawan yang memeras pejabat dengan cara mengancam membeberkan daftar pelanggaran bila tidak dipenuhi keinginannya.
Sekitar sebulan terakhir, muncul selebaran yang mengatasnamakan Lembaga Anti Wartawan Busuk (Lawbus) Cabang Bekasi. Tidak ada alamat jelas maupun pihak yang bertanggung jawab atas selebaran yang dibagikan di kantor-kantor kelurahan, kecamatan, dinas, serta instansi-instansi pemerintah dan swasta itu. Namun pihak yang mengeluarkan selebaran berbentuk salinan (fotokopi) itu mengklaim akan terbit secara berkala.
Salah satu selebaran yang didapat Pembaruan dari kantor Kecamatan Bekasi Barat, Sabtu (31/7), tertulis sebagai edisi kedua, dengan judul Koran-koran Sampah di Bekasi. Tertera juga pada selebaran itu akan ada edisi ketiga, dengan judul Wartawan-wartawan Sampah di Bekasi.
Pada selebaran itu tertulis: Apa dan bagaimana koran sampah itu? Ini adalah koran burem yang terbitnya dua minggu atau sebulan sekali, dan tidak dijual di pasaran. Hidupnya mengandalkan dana hasil pemerasan para pejabat, mulai lurah, camat, kepala dinas, tokoh politik, kepala yayasan, sekolah, pimpinan instansi swasta, dan para pejabat polisi.
Selebaran itu menyebut bahwa mereka yang mengaku sebagai wartawan dari koran-koran sampah itu bermodus operandi membuat pemberitaan negatif tentang individu yang mereka incar.Pada selebaran itu juga tertulis: Pemberitaan yang berisi opini tanpa fakta itu sebagai jebakan, agar pejabat bersangkutan merangkul mereka. Bila pejabat kemudian merangkulnya, maka berhasilah pancingannya, dan darah pejabat itu pun dihisap tanpa perikemanusiaan.
Korban Pemerasan
Paling ini ulah para korban pemerasan itu, yang akhirnya muak karena terus-menerus diperas. Memang di Bekasi ini sudah semakin banyak wartawan bodreks yang mengaku dari media entah apa namanya. Sebenarnya ibarat lalat ijo, di mana ada sampah, di situlah banyak mereka berkumpul, kata tokoh masyarakat Bekasi Abid Marzuki.
Ditambahkan Abid, munculnya selebaran itu sendiri menarik. Sebab itu berarti tindak pemerasan di Bekasi semakin marak. Terlihat dari jumlah wartawan liar yang juga semakin banyak. Di Bekasi sekitar 400 wartawan yang terdaftar dengan berbagai nama organisasi, seperti Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Forum Solidaritas Wartawan Patriot (FSWP). Adanya selebaran itu, artinya pemerasan telah semakin parah. Paling menarik, sumber kehidupan mereka itu masih ada dan banyak, yaitu para pejabat korup, katanya. (B-14)
Sumber: Suara Pembaruan, 2 Agustus 2004