Susno, Pahlawan atau Pengkhianat?
SUSNO, Pertanyaan seperti itu patut ditujukan kepada Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri dan keluarga besar korps Polri. Banyak anggota Bhayangkara menganggap Susno adalah pengkhianat karena telah membuka borok dan kebobrokan para pimpinan Polri. Tapi, saya yakin, tak sedikit personel kepolisian menyebut Susno sebagai pahlawan.
Sejak 10 Mei lalu, Mabes Polri sudah menjadikan dia tersangka dan menahan Susno dalam kasus dugaan suap PT Salmah Arowana Lestari. Kapolri juga memerintahkan untuk mencari kesalahan-kesalahan Susno sebelum menjabat Kabareskrim. Namun, popularitas Susno tidaklah meredup. Sebaliknya, dukungan terhadap perwira tinggi (pati) polisi kelahiran Sumatera Selatan itu terus bergulir. Termasuk dukungan melalui Facebook. Hingga 18 Mei, lebih dari 300 ribu facebookers memberikan dukungan melalui jejaring sosial tersebut. Bahkan, Facebook yang mendukung Susno untuk membongkar mafia kasus mencapai empat grup.
Pertama, Dukung Susno untuk Kebenaran, jumlah anggotanya 250.254 facebookers. Kedua, Sejuta Dukungan untuk Susno Duadji Mereformasi Polisi, anggotanya 52.700. Ketiga, 1.000.000 Dukungan untuk Susno Duadji, beranggota 1.563 facebookers. Keempat, Satu Juta Dukungan buat Pak Susno Duadji Membongkar Markus, yang tercatat 793 anggota.
Dukungan facebookers itu sama dengan yang terjadi saat penahanan dua pimpinan KPK, Chandra Hamzah dan Bibit Samad Riyanto. Keduanya ditahan Kabareskrim yang saat itu dijabat Susno Duadji. Chandra dan Bibit diduga menerima suap dari Anggodo Widjojo. Penahanan Chandra dan Bibit diprotes masyarakat. Salah satu di antaranya, facebookers yang mengusung nama ''Gerakan 1.000.000 Facebookers Dukung Chandra Hamzah dan Bibit Samad Riyanto''.
***
Susno memang bukan Candra atau Bibit. Dia juga bukan polisi yang bersih-bersih amat ketika saya kali pertama mengenal sebagai Wakapolwiltabes Surabaya pada 1999. Jadi, dukungan masyarakat itu tidak berarti dia bersih dari kesalahan. Dukungan itu merupakan wujud rasa muak masyarakat terhadap praktik-praktik pelacuran hukum yang terjadi di tubuh Polri. Sebagai mantan wartawan peliput berita-berita kriminalitas, saya punya banyak kawan polisi yang baik dan memiliki komitmen kuat menegakkan hukum. Misalnya, dua kawan saya yang pernah menjadi Kapolsekta Wonokromo dan Kapolsekta Tegalsari yang hingga kini tetap tidak kaya untuk ukuran polisi. Keduanya sekarang sudah menjadi perwira menengah dan diperbantukan menjadi penyidik KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).
Dua teman lainnya yang sekarang menjadi Kapolda juga tidak berubah. Mereka tetap seperti kali pertama saya mengenalnya sebagai Kasatserse Polwiltabes Surabaya. Saya merasa kasihan kepada polisi yang jujur dan baik-baik itu. Mereka harus menerima citra negatif akibat perbuatan jelek yang dilakukan sejawat dan bahkan atasannya.
Ada dua kelompok pendukung Susno. Kelompok pertama adalah mereka yang menganggap Susno tidak bersalah. Jadi harus didukung. Kelompok kedua adalah mereka yang menganggap, meski punya kesalahan, Susno wajib dibela karena dia tidak gentar menyampaikan kebenaran.
***
Dulu, seseorang disebut pahlawan jika dia ikut merebut dan mempertahankan negara sampai titik darah penghabisan. Sekarang, ketika bangsa ini sudah merdeka, tentu makna pahlawan semakin luas. Petugas pajak yang rela tinggal di rumah kontrakan karena kebal terhadap sogokan tentu bisa dibilang pahlawan. Si petugas pajak itu menginginkan negara ini cepat makmur dari pos penerimaan pajak yang optimal.
Pemain sepak bola yang mati-matian membela Merah Putih di pertandingan internasional juga bisa disebut pahlawan. Saking semangatnya, si pemain sepak bola itu cedera dan tidak bisa merumput lagi. Anggota dewan yang rela di-recall karena tidak mau menandatangani RUU atau raperda yang tidak memihak rakyat juga pantas dipahlawankan. Perlawanan orang tidak bersalah kepada penjahat bisa menjadikannya pahlawan. Penjahat kecil yang berani membongkar kejahatan besar juga seharusnya dipahlawankan.
Kita juga patut menyimak pertanyaan Matt kepada John Mc Line, dua tokoh utama film Die Hard saat mereka berjuang mati-matian melawan superhacker yang mengacaukan Amerika. ''Mengapa Paman mau bersusah payah berjuang seperti ini?''. ''Sebenarnya aku tidak mau juga. Tapi, berhubung tidak ada orang yang mau melakukan, ya terpaksa. Kalau ada yang mau menangani, dengan senang hati aku akan pensiun.''
Kini semua berpulang kepada Kapolri Bambang Hendarso Danuri. Kapolri tidak perlu memilih sebutan mana yang cocok untuk Susno: Pahlawan atau Pengkhianat. Setiap manusia, termasuk polisi, pasti pernah berbuat salah dan khilaf. Begitu juga Kapolri Bambang dan Susno Duadji.
Kapolri akan pensiun pada 10-10-2010. Karier Komjen Pol Susno Duadji di kepolisian juga diperkirakan segera tamat karena telah membuka kotak pandora. Kapolri dan Susno pasti ingin mengakhiri karirnya di kepolisian dengan husnulkhatimah (akhir yang baik). Inilah kesempatan bagi mereka untuk membuktikan keseriusan dan komitmennya memperbaiki citra Polri yang sudah jatuh pada titik paling nadir.
Kini publik menyaksikan konflik internal antar pimpinan polisi. Ibarat tayangan sinetron di televisi, episode ''buka-bukan'' di tubuh Polri itu belum ada tanda-tanda segera usai. Publik masih terus melihat dan menunggu penyimpangan-penyimpangan hukum apa lagi yang akan diungkap Susno? Selain itu, upaya apa yang bakal dilakukan Kapolri atas pengakuan Susno tersebut? Di pundak mereka berdua digantungkan wajah kepolisian ke depan akan seperti apa.
Imam Syafi'i, pemimpin redaksi JTV, alumnus Program Studi Ilmu Hukum Pascasarjana Unair
Tulisan ini disalin dari Jawa Pos, 21 Mei 2010