Warga Tionghoa Tolak Stigma Koruptor; Ruki: Korupsi Bukan Milik Golongan
Meski ada beberapa terpidana kasus korupsi -yang fenomenal Edy Tansil- adalah keturunan Tionghoa, komunitas Tionghoa di Indonesia menolak anggapan mereka tidak berbuat apa-apa dalam memberantas korupsi di tanah air.
Ketua Komunitas Tionghoa Antikorupsi (Komtak) Lieus Sungkharisma mengungkapkan, stigma korupsi terlanjur dilekatkan pada keturunan Tionghoa. Apalagi banyak di antaranya yang menjadi rekanan dalam proyek-proyek pemerintah.
Banyak keturunan Tionghoa yang berjasa bagi negara. Tapi, yang orang tahu adalah nama-nama pengusaha gelap, konglomerat hitam. Padahal, persentasenya (yang korupsi, Red) terlalu kecil, ujar Lieus Sungkharisma usai acara Sambung Rasa dengan Ruki (mantan ketua KPK Taufiequrachman Ruki) di Restoran Warung Daun, Senin (24/12).
Menurut Lieus Sungkharisma, stigma tersebut harus segera dihapuskan. Kalau ada yang baik, semua keturunan Tionghoa tak dicap baik. Tapi kalaua ada yang jelek, langsung dijadikan stigma, ujarnya.
Banyak keturunan Tionghoa, lanjut Lieus, yang punya peran besar dalam pemberantasan korupsi. Dalam seleksi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) periode 2007-2011, misalnya, ada delapan keturunan Tionghoa yang mendaftar. Salah satunya Christianto Wibisono (pengamat ekonomi, Red). Sayang, dia tidak lolos. Kalau lolos warna keturunan Tionghoa dalam pemberantasan korupsi tinggi, ujarnya.
Tak hanya berusaha menghapus stigma dalam masyarakat, Komtak kini juga melakukan pendekatan kepada masyarakat Tionghoa soal gerakan antikorupsi. Korupsi harus dihapuskan dari pihak mana pun. Kalaupun pengusaha Tionghoa tak mau korupsi tapi pejabatnya yang minta, bagaimana? tambahnya.
Mantan Ketua KPK Taufiequrachman Ruki mengungkapkan selama ini ada stigma keturunan Tionghoa identik dengan koruptor atau ambil bagian dalam korupsi. Pendapat itu tidak bagus. Banyak keturunan Tionghoa yang punya andil positif. Misalnya dalam perjuangan kemerdekaan. Kalau diidentikan dengan tukang suap, nggak juga, ujarnya.
Mantan Kapolwil Malang tersebut menambahkan koruptor termasuk tukang sogok ataupun tukang suap tidak bisa dikatakan dari golongan tertentu. Apalagi dihubung-hubungkan dengan ras, agama, ataupun suku. Korupsi bukan milik golongan. Korupsi adalah the dark side of human being (sisi gelap manusia, Red), tambahnya. (ein/el)
Sumber: Jawa Pos, 26 Desember 2007