Kroni Koesmayadi Diperiksa;

Pengusaha Kodel Group membantah terlibat.

Pusat Polisi Militer Angkatan Darat mulai memeriksa empat orang dekat Brigadir Jenderal Koesmayadi terkait dengan penemuan180 senjata di rumah Wakil Asisten Logistik Kepala Staf TNI Angkatan Darat itu. Orang dekat misalnya pembantunya, sopirnya, kata Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Djoko Santoso seusai penyematan bintang kehormatan Kartika Eka Paksi Utama kepada Kepala Staf Angkatan Darat Republik Singapura Mayor Jenderal Desmond Kuek di Departemen Pertahanan kemarin.

Menurut Djoko, siapa pun orang di sekitar Koesmayadi akan ditanyai untuk mendapatkan gambaran siapa saja yang terlibat pengadaan senjata-senjata tersebut. Hal ini, kata Djoko, tidak mudah. Yang mau ditanyai pokok permasalahannya sudah almarhum. Angel (susah), harus tanya sana-sini, kata Djoko.

Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono, yang menjadi inspektur upacara dalam acara penyematan bintang kehormatan itu, sependapat dengan Djoko. Saat ditanyai siapa kemungkinan beking Koesmayadi, Juwono menyebut sulit melacaknya. Ia kemudian menjawab dengan berseloroh, Itu sama saja dengan bertanya kapan bajaj belok.

Hingga Selasa lalu, Pusat Polisi Militer TNI Angkatan Darat telah memanggil 31 orang yang diduga tahu keberadaan senjata tersebut. Dengan tambahan empat orang dekat Koesmayadi, Polisi Militer sudah memeriksa 35 orang. Kami tambah terus (pemanggilan saksi) dan kami akan bekerja terus, kata Djoko tanpa mau memerinci siapa saja yang diperiksa dan apa hasilnya. Komandan Pusat Polisi Militer Angkatan Darat Hendardji Soepandji juga enggan menjawab soal ini.

Selain memeriksa para saksi, TNI Angkatan Darat, kata Djoko, sedang mendata lebih terperinci senjata yang ditemukan, meliputi jenis, jumlah, dan asalnya. Sebelumnya disebutkan jenis senjata yang ditemukan adalah senapan serbu 1, M-16, AK-47, dan HK-MP5. Keempatnya senjata otomatis dan semiotomatis yang biasa digunakan di medan perang.

Kasus ini juga menyeret nama lain. Anggota DPR, Dedy Djamaluddin Malik, sebagaimana dikabarkan dua media, menyebut nama Maher Algadri sebagai orang dekat yang memiliki hubungan bisnis dengan Koesmayadi. Bahkan Maher dikatakan memasok dana untuk perdagangan senjata.

Tapi Maher, melalui juru bicaranya, Ahmad Sumargono, membantah. Pengusaha Kodel Group itu bahkan akan menuntut Dedy. Ini pencemaran nama baik, fitnah luar biasa, kata Sumargono. Ia telah menunjuk Mohamad Assegaf dan Todung Mulya Lubis sebagai kuasa hukum kasus ini. Menurut Sumargono, hubungan Maher dengan Koesmayadi murni bisnis dan mereka sudah tidak berhubungan sejak 1992.

Saat dihubungi lewat telepon selulernya, Dedy mengaku tidak pernah menuduh Maher. Saya hanya menyampaikan sumber informasi. Silakan dicek lagi dan diuji lagi, ujar politikus Partai Amanat Nasional ini. Dia juga membantah Maher terlibat dalam kasus penemuan senjata di rumah Koesmayadi. Tidak ada tuduhan dalam pernyataan saya kepada media, ujarnya. RIEKA RAHADIANA | AQIDA SWAMURTI | RADEN RACHMADI

Sumber: Koran tempo, 7 Juli 2006

--------------------
Koesmayadi pernah diperiksa untuk kasus pengadaan heli.

Penimbunan senjata di rumah Wakil Asisten Logistik Brigjen Koesmayadi ada kemungkinan didasari motif dagang. Menurut Ketua Lembaga Ketahanan Nasional Muladi, praktek ini telah berlangsung sejak masa Orde Baru. Praktek itu (jual-beli senjata) merupakan peninggalan masa lalu, katanya kemarin.

Meski tidak digunakan untuk makar, menurut Muladi, kepemilikan senjata tanpa registrasi itu bisa merugikan negara, dan siapa pun yang melakukannya dapat dituntut pidana dengan hukuman maksimal hukuman mati. Pelakunya bisa personal, dari satu hingga 20 orang, kata Muladi di Istana Negara.

Bukan kali ini saja sebenarnya Koesmayadi terkait dengan soal pengadaan peralatan militer. Ia pernah diperiksa dalam kasus korupsi pengadaan helikopter Mi-17 dari Rusia. Ya, itu benar. Koesmayadi pernah diperiksa sebagai saksi untuk Mi-17, ujar Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Hendarman Supandji di Kejaksaan Agung kemarin.

Saat itu Koesmayadi masih menjadi saksi. Pemeriksaan di Pusat Polisi Militer Angkatan Darat itu dilakukan oleh tim koneksitas yang terdiri atas unsur Kejaksaan Agung dan TNI. Namun, Hendarman tak mau memerinci apakah Koesmayadi saksi penting dalam kasus ini. Semua saksi penting, tidak ada yang tidak (penting). Semua saksi juga saksi kunci, ujarnya.

Hingga kemarin, belum jelas apa sesungguhnya motif penyimpanan 180 senjata itu. Namun, dalam rapat dengar pendapat Badan Intelijen Negara dengan DPR, Selasa lalu, terlontar kabar bahwa senjata didatangkan dari Singapura untuk kepentingan operasi TNI di Aceh.

Dalam pertemuannya dengan Kepala Staf Angkatan Darat Singapura Mayor Jenderal Desmond Kuek kemarin, Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono mengatakan soal dugaan pengiriman senjata dari Singapura itu tidak masuk agenda pembicaraan pihaknya dengan Kuek.

Juwono menambahkan, bila memang dari pemeriksaan dan penyelidikan Pusat Polisi Militer Angkatan Darat ditemukan data keterlibatan perusahaan penyedia senjata dari Singapura, negara tersebut akan bekerja sama dengan Indonesia. Akan kita telusuri kemungkinan tersebut, ujar Juwono.

Menurut Juwono, di Singapura banyak proses jual-beli perusahaan penyedia peralatan militer yang tidak diketahui dan tidak terdaftar pada pemerintah negeri itu. Kadang-kadang swasta di sana juga cukup nakal, katanya.

Namun, Juwono yakin perusahaan tersebut resmi, tidak ilegal. Menurut dia, banyak masalah yang terkait dengan posisi Singapura sebagai pusat ekonomi jasa. Mereka tidak bisa menertibkannya dengan mudah, tidak seperti yang kita lakukan di Indonesia, ujarnya. SUNARIAH | RIEKA | FANNY

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan